Sespim dan Pemimpin Masa Depan yang Dipercaya Publik

TRANSINDONESIA.co | Oleh: Irjen Pol Prof. Chrysnanda Dwilaksana

Ada yang berpendapat bahwa pendidikan penting namun praktek atau kerja langsung di lapangan juga penting. Tanpa dasar pengetahuan secara teoritikal maupun konseptual dapat terjadi kesalahan atau stug jalan di tempat atau dikatakan hanya begitu begitu saja. Namun sebaliknya ada yang mengatakan praktek kerja lapangan lebih penting daripada berteori yang membuat ribet. Toh ijazah sebatas persyaratan administrasi menunjukan pernah sekolah bukan pernah berpikir.

Perbedaan pandangan seringkali membingungkan atau curhat tanpa solusi dan bukan untuk mencari benar salah atau menyalahkan yang satu membenarkan yang lain. Melainkan bagaimana melihat pada peradaban yang konteksnya berkaitan dengan perubahan bagi hidup dan kehidupan. Non scholae set vitae discismus, belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup.

Fokus pendidikan pada hakekatnya bagi keberlangsungan hdup manusia dalam situasi  beradab yang hidup tumbuh dan berkembang demi semakin manusiawinya  manusia. Yang ditandai meningkatnya kualitas hidup manusia.

Belajar menjadi arena atau ruang di mana mereka belajar agar kelak mampu menghasilkan produksi bagi bertahan hidup tumbuh berkembang. Proses belajar di era digital era AI ( artificial intellegent) banyak menyasar bayak lini kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan di era digital belajar bisa di mana saja, sekolah bukan satu satunya pemegang kunci kebenaran. Para guru bukan lagi yang paling tahu. Ruang ruang kelas bisa saja justru membelenggu cara berpikir dan membuat captive mind.

Kembali pada konteks AI kaitan dengan bergesernya pendidikan dan proses belajar mengajarnya.  Menjawab hal tersebut golongan konservatif tentu akan mempertahankan kekunoannya. Mempertahankan rangking menjadi satu satunya tanda kecerdasan walau sebenarnya juga penuh dengan kepalsuan dan kepura puraan. Kaum visioner tentu akan merubah dan mau berubah walau tidak mudah. Tatkala pendidikan mempertahankan status quonya yang mapan dan nyaman  dikaitkan konteks peradaban maka pendidikan memang justru akan kontra produktif dan para siswa tidak tercerahkan. Hasil didik jauh pamggang dari api yang moralitas, mental, dan kecerdasannya tak lagi peka peduli dan tiadanya belarasa bagi memanusiakan manusia.

Kemanusiaan keteraturan sosial dan peradaban bagi meningkatnya kualitas hidup dan harkat dan martabat manusia merupakan keutamaan bagi polisi dalam pemolisiannya. Konteks pendidikan bagi polisi khususnya pada Sespim Lemdiklat Polri untuk menyiapkan regenerasi bagi pemimpin dan kepemimpinannya mau tidak mau juga harus melakukan perubahan. Basis dari pendidikan Sespim Lemdiklat Polri adalah moralitas. Pemimpin boleh kalah pandai tetapi tidak kalah bijaksana.

Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,  keteraturan sosial menjadi salah satu kebutuhan adab yang wajib dipenuhi. Dalam kehidupan sosial, potensi konflik dan bergai permasalahan yang kontra produktif sangat kompleks, yang dikategorikan dari manusianya, alamnya dan sistem maupun infrastrukturnya. Mengatasi keteraturan sosial bukan perkara mudah menata manusia ini adu kekuatan dan memerlukan ada figur yang dipercaya atau menjadi ikon bagi hidup dan kehidupannya. Kuncinya ada pada kepercayaan terhadap pemimpinnya.

Kalau ditanya apa hubungannya dengan pendidikkan? Sespim sebagai lembaga pendidikan bagi calon pemimpin di masa depan yang dapat dipercaya atau memdapatkan kepercayaan kepada publik. Di sinilakh core dari Sespim Lemdiklat Polri menyiapkan pemimpin pimimpin di masa depan yang dipercaya publik. Mau tidak mau Sespim sebagai lembaga pendidikkan memikirkan bagaimana mentransformasi, mencerahkan dan memanusiakan dalam menyiapkan pemimpin yang dipercaya publik.

Sejalan dengan pemikiran tersebut maka proses belajar mengajar di Sespim variatif antara konseptual teoritikal, studi kasus, pemecahan masalah yang proaktif dalam kondisi kritis atau ekstrim, kreatif dan inovatif mengembangkan pola pola pemolisiannya bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan terbangunnya peradaban.

Untuk mendapatkan kepercayaan publik setidaknya mampu menunjukan :
1. Sebagai petugas polisi yang profesional ( ahli )
2. Pikiran, perkataan dan perbuatan serta kebijakannya cerdas ( kreatif atau inovatif )
3. Apa yang dilakukan sebagai pemimpiner moralitas ditunjukan dalam upaya membangun : kesadaran, tanggung jawab dan disiplin
4. Visioner dan modern yang ditunjukan mau dan mampu melakukan perubahan yang dinamis
5. Kebijakan yang dilakukan menunjukan sebagai langkah langkah anti kroupsi
6. Dalam menjalankan kewenangan, tugas dan tanggung jawab transparan yaitu terukur dan jelas pentahapannya
7. Pelaksanaan tugasnya akuntabel dapat dipertanggungjawabkan secara : moral, hukum, administrasi, fungsional dan sosial
8. Kebijakannya berbasis data dan informatif yang menuju pada one stop service berbasis pada sistem big data
9. Apa yang menjadi pelayanan publik mudah diakses, kapan saja di mana saja
10. Standar pelayanan publik setidaknya memenuhi unsur: cepat, tepat, akurat

Institusi-institusi kementrian lbaga maupun swasta yang modern menjalankan program-program mereka dengan baik agar menjadi unggul dan terdepan. Kinerjanya dan spirit kreatifitas menjadikan institusinya inspirator luar biasa dalam bersaing dengan kompetitor manapun. Mereka sadar, kalau tidak mampu bersaing merek akan gulung tikar, karena ditinggalkan dan bahkan dilupakan.

Demikian halnya institusi kepolisian walaupun bukan profit oriented melainkan service oriented, tatkala  tidak profesional bahkan cenderung arogan, tidak transparan, otoriter, dan korup, maka tidak akan dipercaya. Kepercayaan publik landasan kekuatan polisi mendapatkan kepercayaan dari publik. Apapun yang dilakukannya akan terus menjadi sorotan apabila tidak mampu menunjukan sikap yang secara signifikan bermanfaat bagi masyarakat tentu akan dirujak secara sosial baik masyarakat sipil maupun netizen.

Membangun legitimasi dan kepercayaan publik kepada polisi salah satunya melalui lembaga pendidikan. Maka bagi Sespim untuk mampu mentransformasi, mencerahkan dan memanusiakan antara lain adanya :
1.  Political will
2.  Komitmen dan integritas para guru dan staf penyelenggara pendidikam
3.   Keteladanan
4.  Penanaman dan keyakianan core value sebagai pemimpin masa depan yang dipercaya melalui olah jiwa, olah rasa, olah raga, akademik, studi kasus, bakti masyarakat yang menunjukan sebagai kumpulan orang baik yang bertugas sebagai penjaga kehidupan, pembangun peradaban, dan pejuang kemanusiaan.
5.  Melakukan perubahan mind set dan cukture set Sespim sebagai pendidikan moral yang berbasis pada keutamaan
6.  Membuat konsep yang komprehensif bagi penyelenggaraan proses belajar mengajar  agar mampu belajar dan memperbaiki kesalahan masa lalu, siap menghadapi masa kini, dan meyiapkan masa depan yang lebih baik
7.  Secara konsisten dan konsekuen menerapkan program yang dibuat dengan sistem proaktif dan problem solving yang terpadu dan berkesinambungan.
8.  Menerapkan merit sistem yang transparan, dan akuntabel sebagai pemimpin yangtransformatif
9.  Membangun dan menerapkan program pembelajaran yang berbasis :
a. Keutamaan pada moralitas, nilai kebangsaan, nilai kebhayangkaraan, strategi dan karakter kepemimpinan, etika publik sebagai anti korupsi
b. Profesionalisme, berbasis pada ilmu kepolisian
c. Kapita selekta untuk studi kasus dan bakti masyarakat
10.  Membangun jejaring dan kemitraan serta membranding melalui berbagai aktifitas kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban

Maka proses belajar mengajar di Sespim melalui dialog peradaban untuk mentransformasi dalam suatu komunikasi, untuk membangun kemitraan, memahami, membimbing maupun mencerahkan, mencari akar masalah maupun menemukan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Semua itu kembali pada keutamaan polisi dalam pemolisiannya bagi : Kemanusiaan, Keteraturan Sosial dan Peradaban. Polisi dalam pemolisiannya dapat dilihat sebagai :
Petugas
Fungsi
Institusi

Polisi dalam pemolisiannya dalam ruang dialog peradaban bagi meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang ditunjukan semakin manusiawinya  manusia. Passion Polisi dalam Pemolisiannya dalam pemolisiannya menunjukan :
1. Polisi sebagai penjaga kehidupan
2. Polisi sebagai pembangun peradaban
3. Polisi sebagai pejuang kemanusiaan
4. Polisi sebagai penegak hukum dan keadilan
5. Pemokisiannya menunjukkan tingkat dan kuakitas : profesional, cerdas bermoral dan modern yabg dilandasi : kesadaran, tangagung jawab dan disiplin
6. Pemolisiannya smart policing, harmoni dan terintegrasinya conventional policing, electronic policing dan forensic policing
7. Pemolisiannya berbasis pada supremasi hukum
8. Pemolisiannya mampu memberikan jaminan dan perlindungan HAM
9. Pemolisiannya transparan dan akuntabel secara moral, secara hukum, secara administrasi, secara fungsional dan secara sosial
10. Pemolisiannya berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Harapannya para alumni Sespim Lemdiklat Polri sebagai Pemimpin di masa depan memiliki keunggulan sbb:
1. Memiliki karakter kepemimpinan transformasional, yang dibangun berbasis moralitas dengan kesadaran, tanggung jawab dan disiplin dalam kejujuran, kebenaran dan keadilan
2. Memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa patriotisme
3. Memiliki pemahaman keutamaan polisi dalam pemolisiannya
4. Memiliki wawasan dan pemgetahuan serta kampuan menghadapi era global, era digital maupun era kenormalan baru
5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan manajerial maupun operasional dalam menghadapi situasi krisis/ fakta brutal / situasi emerjensi maupun kontijensi
6. Memiliki keberanian untuk belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu
7. Memiliki kesiapan menghadapi ancaman, tantangan, tuntutan, harapan dan kebutuhan di masa kini
8. Memiliki kemampuan untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik
9. Mampu menjadi ikon petugas yang profesional, cerdas bermoral dan modern
10. Mampu membangun kepercayaan publik, dalam mendukung keamanan dalam negeri dan pembangunan nasional.**

Fajar Tegal Parang 260423

Share