Manajemen Media dan Pembelajaran di Sespim
TRANSINDONESIA.co | Media di era digital menjadi arena atau ruang yang dipilih dan digunakan untuk berbagai kepentingan hidup dan kehidupan manusia di semua gatra kehidupan. Apapun bisa dilakukan dalam media. Dari masalah pribadi sampai masalah politik kenegaraan bisa dilakukan. Warga pengguna dunia virtualpun memiliki nama ( warga net atau netizen). Mereka menjalankan aktivitas dalam dunia virtual. Media terutama media sosial mampu menggeser media konvensional. Informasi dan komunikasi begitu cepat. Apa saja ada dan apa saja bisa bahkan dimana saja siapa saja pun bisa.
Era post truth menjadi ajang pemutar balikkan fakta. Isi media diacak adul sehingga antara fakta dan kebohongan bahkan kemasan dalam primordialisme akan dapat dikembangkan menjadi pemicu konflik. Dari melempar issue, melabel hingga ujaran ujaran kebencian. Opini publik dapat diobok obok dan dibingungkan dengan mana yang baik dan mana yang benar. Pemebenaran yg di design sedemikian rupa seolah olah menjadi kebenaran. Bungkusan primordialisme menggerus nalar dan ujungnya pada kebencian. Tatkala kebencian sdh merasuk di dalam opini publik tinggal menunggu triger untuk meledakkannya.
Media menjadi antara strategi kebenaran dan pembenaran di era post truth. Media saat ini menjadi bagian penting bagi hidup dan kehidupan manusia. berita atau informasi apapun dpt diperoleh dengan cepat dan mampu menembus sekat batas ruang dan waktu. Media dapat dikatakan jembatan hati, penyambung lidah, corong informasi bahkan sebagai sistem transformasi mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun sebaliknya media juga dapat disalah gunakan hingga alat penyerang, perusak bahkan pembunuh karakter. Saling serbu dengan pemberitaan buruk, berita hoax hingga fitnah bisa bertebaran. Bahkan untuk kepentingan politik sekalipun mampu digulirkan demi mendongkrak popularitasnya.
Era post truth dapat dikatakan efek negatif kemajuan era digital khususnya bidang media. Post truth bukan sebatas kebohongan, melainkan olahan fakta dan rekayasa yang diolah sedemikian rupa menjadi pembenaran yang diviralkan terus menerus sehingga diyakini sebagai kebenaran. Upaya memviralkan dibumbui berbagai hoax untuk mempengaruhi otak hati hingga menjadi suatu keyakinan. Bahkan yang membuatnyapun meyakini sebagai kebenaran. Efek dari era post truth kebenaran dikalahkan dengan pembenaran. Berbagai model bisa dilakukan untuk menyerang hingga mematikan karakter pun dapat dilakukan melalui model hoax.
Tatkala tiada standar media bagi berita atau informasi yanhg yang menjadi acuan fakta atau kebenaran maka pembenaran ini akan terus viral yang efeknya akan membodoh bodohi bahkan menjerumuskan yang mampu merusak, merobohkan sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. konflik sosial atau politikpun mampu di desain melalui pemberitaan media dg ujaran kebencian, yg memanfaatkan primordial. Penyebarannya melalui media online atau media sosial tatkala tanpa pengendalian maka akan mengaduk aduk emosi masyarakat yang berdampak pada sestuatu pembenaran yang diyakini sebagai kebenaran.
Taburan issue yang dibuat akan dikaitkan dengan berbagai hal sesuai kepentingannya. Tatkala dikaitkan dengan primordialisme atau sara rasional dan logika bisa tergerus emosional dan spriritual. Dengan demikian akan lebh mudah tersulut emosi dan solidaritasnya.
Untuk mengatasi era post truth perlu adanya counter issue atau media management yang berfungsi secara intelejen agar dapat memberikan informasi atau potensi potensi konflik dari pemberitaan yang provokatif atau hoax.
Penanganan post-truth secara holistik/ sistemik di mulai dari pembenahan birokrasi baik kepemimpinannya dengan adanya kepemimpinan yang transformasional yang berani bekerja dan memperbaiki kesalahan di masa lalu, siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik, administrasi yang mencakup membangun sistem perencanaan yang dapat menjadi model untuk program-program dan implementasinya, membangun SDM yang berkarakter, membangun sistem operasional untuk yang bersifat rutin, khusus dan kontijensi dan membangun Capacity Building. Selain itu dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan, problem solving, public service pelayan publik untuk keamanan, keselamatan, administrasi, hukum, informasi maupun kemanusiaan dan network (pengembangan jejaring) sebagai counter issue.
di era post truth untuk mengatasi atas gebrakan hoax yang terus diviralkan adalah membangun portal media centre sebagai standar kebenaran berita informasi dan memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan pengecekan. Media management dengan media centre nya, yang dibangun bukanlah model departemen penerangan di masa lalu yang searah atau seolah olah masyarakat dianggap tidak tahu apa, sehingga modelnya top down. Yang dibangun adalah sistem interaktif melalui portal media yang mampu inputing dan supporting data serta membuat counter issue. konteks ini akan berkaitan dengan program intelejen media untuk :
1. Menjadi standar informasi atau berita yang benar sesuai fakta dan data
2. Mampu menginspirasi yang artinya kreatif dan inofatif
3. Mendorong orang lain berbuat baik dan benar / membangun budaya atau peradaban
4. Mampu memberitakan hal hal yang up to date
5. Mampu mengcounter issue
6. Mampu membuat sesuatu menjadi fun indah dan menghibur
Era Post Truth Solidaritas dan Potensi Konflik
Konflik sosial pada umumnya karena perebutan sumber daya atau perebutan pendistribusian sumber daya. Bisa juga dikarenakan masalah harga diri. Suatu konflik terjadi sebenarnya merupakan puncak gunung es. Permasalahan sudah menumpuk danbtinggal menunggu ada triger. Permasalahan yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kekecewaan hingga kemarahan walaupun masih dapat dipendam. Namun itu di omongkan trs ke mana mana dan bagi orang yang tidak pernah mengalamipun bisa ikut menceriterakan. Dari mulut ke mulut ditambah tambahi dan saling memiliki penafsir berbeda dari faktanya. Ini gosip. Semakin digosok semakin sip. Gosip ini tatkala berlapis lapos dan terus menerus dilakukan ini akan menjadi labeling. Pemberian label ini bisa untuk perorangan bisa untuk kelompok. Tatkala labeling ini terus dihembuskan seolah olah mjd kebenaran maka akan menjadi kebencian.
Masyarakat majemuk seperti Indonesia memerlukan adanya suatu pencerdasan hingga nalar atau logikanya tidak mudah dikoprolkan. Paradigma multikulturalisme ini mungkin mampu merasukkan kebanggaan akan kebhinekaan. Patriotisme cinta bangga akan bangsa dan negara tatkala bukan pada solidsritas semu apalagi dengan berbagai hal yang menjurus kepada premanisme. Kekuatan massa khususnya bagi masyarakat suatu bangsa dan negara layak untuk dijaga atau ditumbuh kembangkan kekayaan seni budayanya dalam konteks karakter bangsa bagi hidup tumbuh dan berkembangnya. Multikulturalisme ini menjadi kekuatan bagi pelestarian kebhinekaan dan mencerdaskan untuk memberdayakan melestarikan salah satunya melalui masyarakat sadar wisata. Kesadaran akan wilayahnya orang orangnya suku bangsa bahasa dan seni budayanya menjadi aumber daya baru. Penanaman cinta bangsa bukan lagi doktrin namun penumbuhkembangam nalar dan daya logika waras. Lagi lagi ujung nya memang politik sehat waras lah yang mampu menjaga dan membawa suatu bangsa maju dan sejahtera
Sespim Lemdiklat Polri sebagai lembaga pendidikan bagi calon pemimpin di masa depan tingkat pertama, menengah dan tinggi, memberikan pendidikan dan pelatihan pembangunan karakter. Pemimpin pada dasarnya moralitas, diharapkan kelak tatkala menjadi pemimpin kebijakannya bijaksana. Sespim tidak semata mata mengajarkan apa dan bagaimana melainkan menjadikan siapa.
Pemimpin dalam era digital perlu memahami dan peduli akan media management. Pengimplementasian media manajemen dalam mendukung proses pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri program ” leader branding “. Implementasi leader branding setidaknya mencakup :
1. Company profile Sespim:
a. Apa bagaimana tentang Sespim dan pengembangannya
b. Keutamaan Sespim
c. Kurikulum Sespim
d. Kualitas Guru Sespim
e. Pola pembelajaran dan penulisan di Sespim
f. Sistem penilaian dan kualifikasinya
g. Kualitas alumni Sespim
h. Produk Produk Sespim
i. Jurnal
j. Perpustakaan
k. Pengasuhan dalam olah jiwa, olah rasa dan olah raga
l. Kemitraan Sespim
m. Program program unggulan Sespim
2. Siapa dan apa karyanya:
a. Profiling alumni Sespim yang berprestasi
b. Profiling guru guru Sespim yang berprestasi
c. Profiling serdik yang berprestasi
d. Sespim Award
3. Literasi kepemimpinan:
a. Materi pelajaran
Kontens yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pengetahuan
b. Quotes
c. Referensi
d. E jurnal
e. E book
f. E library
g. Model model pemolisian
4. Leadership dialog:
Podcast tentang kepemimpinan
a. Dengan para tokoh
b. Dengan para guru
c. Dengan serdik
5. Emergency policing dan
Contigency policing:
Pola pola pemolisian dalam berbagai situasi dan kondisi serta pengambilan keputusannya dikembangkan dalam debat publik
6. Masdarwis dan cooling system:
Seni budaya dan pariwisata bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban
7. Kreatifitas dan inovasi:
Hal hal baru dan kebaruan dikembangkan dalam 1 hari 1 ide
8. Studi kasus :
Belajar dari berbagai kejadian atau isu isu penting yang terjadi dalam masyarakat
9. Bench marking:
Studi banding dalam dan luar negeri
10. Leadership coaching:
Dialog Sespim bagi Indonesia
a. Sispam kota
b. Perbatasan
c. Konflik sosial
d. Bhabin kamtibmas
e. Model model pemolisian
f. Pemimpin dan kepemimpinannya
g. Pengamanan pemilu serentak
h. Penanganan bencana
i. Modernisasi Polri
j. Social engineering, dsb.
Chrysnanda Dwilaksana
Gereja Santa 250323