Wayang Milehnium Wae ala Ki Mujar Sangkerta
TRANSINDONESIA.co | Wayang sebagai bayangan atau refleksi hidup dan kehidupan manusia, hampir semua cerita wayang berkaitan dengan ngunduh wohing pakarti, manuai apa yang ditabur. Cerita wayang dinamis mampu menjembatani banyak hal bahkan untuk memberikan hiburan pelipur lara, penggeli hati.
Wayang dimainkan oleh dalang yang memiliki kepiawaian: seni suara, seni bahasa, seni berganti ganti suara sesuai karakter, yang dimainkan dalam suatu seni pertunjukan. Karakter karakter manusia ada di dalam wujud wayang dari yang kasar, halus dalam berbagai kasta dari kaum sudra, satria sampai brahmana bahkan para dewa hingga nirwana, semua ada.
Wayang sebagai tontonan bervariasi dengan nilai adhiluhung yang semakin lama seolah menguap atau menjauh dari generasi muda. Di sinilah Ki Mujar Sangkerta menampilkan wayang milehnium wae.
Apa yang dilakukan ki Mujar agar wayang tetap bertahan tidak dianggap kuno yang mudah dipahami atau bisa mengikuti perubahan kekinian atau kontemporer. Wayang Milehnium Wae sebagai wujud kecintaan kebanggaan sekaligus perjuangan Ki Mujar Sangkerta agar wayang tidak tergerus perubahan dan perkembangan jaman.
Pakem dari wayang Milehnium Wae mengharmonikan antara yang konvensional dengan yang kontemporer. Di era milenial wayang dituntut dinamis, para pecinta dan pelaku perwayangan terus kreatif sperti yang dilakukan Ki Mujar Sangkerta. Dan hal ini juga diperlukan dukungan negara melalui political will para pemimpinnya di semua lini, perhatian para pakar dan akademisi serta dari para pelaku bisnis. Karena wayang ini memerlukan energi biaya untuk hidup. Bagaimana ada kreasi kreasi baru yang mampu untuk hidup dan memberi kehidupan.
Ki Mujar Sangkerta dengan wayang Milehnium Wae membuat kebaruan atas wayang dengan style besar dengan bahan bahan almunium. Pementasannyapun lebih dinamis walaupun masih berpegang pada pakem maupun dalam kisah kisah baru yang merefleksikan akan isu isu penting yang terjadi dalam masyarakat.
Ki Mujar Sangkerta menjadi salah satu pengembang wayang dan pedalangannya. Para tokoh lainnya seperti : Ki Sigit Sukasman dengan wayang ukur, Ki Slamet gundono dengan wayang suket dan dhalang jemblung, Ki Iskandar dengan wayang uwuhnya dan masih banyak lainnya. Ki Mujar Sangkerta menurut saya telah mampu mengembangkan gaya yang lebih dinamis. Wayang Mikehnium Wae memberikan tatanan dan tuntunan melalui tontonan yang dioerankan para tokohnya.
Para maestro wayang seperti Ki Narto Sabdo, ki Hadi Sugito, Ki Mantep Sudarsono, Ki Seno Nugroho dengan gigih dan gagah selama hidupnya menunjukkan komitmen, konsistensi, kecintaan dan kebanggaannya dalam menjaga, melestarikan wayang maupun pedalangan.
Di era digital pengembangan komunitas wayang dan pedalangan cukup eksis dlm menumbuhkembangkan seni wayang dan pedhalangan kepada generasi muda di era modern. Ki Mujar Sangkerta juga membangun komunitas yang mengemas pertunjukkan wayang Milehnium Wae yang dikaitkan dengan masyarakat sadar seni budaya dan pariwisata. Wayang Milehnium bisa ditampilkan dengan berbagai bahasa dan juga tempat pementasan maupun ceritanya. Semua itu dinamis dan disesuaikan oleh situasi kondisi maupun audienya.
Wayang dituntut dinamis tatkala statis akan mandeg dan menguap hilang. Dukungan dari semua stakeholder akan membuat wayang hidup tumbuh dan berkembang. Kalau tidak ada yang peduli bisa saja punah atau bergeser ke negara lain yang lebih peduli. Warisan budhaya adiluhung ini perlu kita lestarikan terus di transformasi secara dinamis dan harmoni.
Wayang dan pedhalangan bukan sekedar diajarkan namun ada spirit yang merupakan passion bagi hidup tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban bangsa. Pemerintah sejatinya memiliki andil besar bagi hidup matinya wayang dan pedalangan. Karena pada kewenangan dan kekuasaan yang ada dapat memberi panggung atau media untuk eksis dan tampilnya para dhalang dengan wayangnya. Dari para pelaku bisnis membantu melalui CSR nya atau yangblainnya agar mampu menjembatani maupun memarketingkan. Para ahli atau pakar dan kalangan akademisi mengkuratori memberi makna dan mengemas agar wayang mampu eksis dalam dunia akademis sekalipun.
Hal tersebut bukan hal mudah namun Ki Mujar Sangkerta dengan wayang Milehnium Wae nya, sesunghuhnya telah melakukan perjuangan dan proses yang panjang yang perlu dukungan political will dan juga para akademisi maupun dari sektor bisnis dan kalangan lainnya. Dengan harapan apa yang telah sedang dan akan dilakukan Ki Mujar Sangkerta terus dapat hidup tumbuh dan berkembang.
Kalau bukan kita yang peduli siapa lagi kalau tidak dari sekarang kapan lagi…..
Rahayu…. rahayu…. rahayu…..**
Chrysnanda Dwilaksana
Senja di Tegal Parang 210323