Prof. Dr. Dra. Kasiyah, M.Sc Orkestrasi Tri Darma Perguruan Tinggi dalam Bingkai Pembelajaran Kolaboratif Daring Asinkron
TRANSINDONESIA.co | Berdasarkan Schimago country rangking bidang e-Learning 2022, Indonesia berada pada urutan 23 dari 177 tingkat dunia. Sepuluh urutan pertama, berturut-turut: USA, UK, Australia, China, Taiwan, Spain, Canada, Germany, Japan, Italy. Nampak ada hubungan antara rangking penelitian di bidang pendidikan, khusus e-Learning dengan kemajuan negara di bidang teknologi. Di tingkat Asia, Indonesia, berada di urutan 8 dari 27 menggeser Singapura yang pada 2021 berada di urutan 8 dan Indonesia di posisi 9.
Tercatat, 771 dokumen penelitian bidang e-Learning dihasilkan peneliti Indonesia. Lab Digital Library And Distance Learning (DL2) Fakultas Ilmu Komputer UI merupakan salah satu penyumbang publikasi di bidang e-Learning tersebut. Sejak awal (2005) Fasilkom UI menerapkan Learning Management System (LMS) Student-Centered E-Learning Environment (SCELE). Penekanan pentingnya paradigma studentcentered learning tercermin dalam pemilihan nama LMS tersebut.
Salah satu fokus penelitian di Laboratorium DL2 adalah pembelajaran kolaboratif daring yang merupakan pembelajaran aktif. Pembelajaran kolaboratif daring asinkron menarik perhatian peneliti di berbagai negara karena diyakini sebagai model pembelajaran efektif yang meningkatkan capaian belajar dan kemampuan berpikir kritis.
Prof. Dr. Dra. Kasiyah, M. Sc menguraikan proses Pembelajaran Kolaboratif Daring Asinkron tersebut dalam Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Sistem Pembelajaran Daring Perguruan Tinggi (E-Learning in Higher Education) pada Rabu (15/3) di Gedung Balai Sidang Universitas Indonesia.
Lebih lanjut Prof Kasiyah mengungkapkan, “Pembelajaran kolaboratif daring merupakan strategi pembelajaran aktif dan kolaboratif dalam membentuk pengetahuan bersama. ‘Pertemuan’ berbantuan teknologi terselenggara secara sinkron atau asinkron”.
Komponen utama pembelajaran kolaboratif daring adalah interaksi. Tanpa interaksi kelas daring akan menjadi ruang sepi dan mahasiswa merasa terisolasi. Interaksi membuat mereka merasa bersama-sama meskipun berada di ruang dan waktu berbeda. Kehadiran di ruang maya dimaknai sebagai “being there and being together with others” yang muncul dari kesadaran, pemahaman, dan keterlibatan dalam pengalaman belajar.
Pandemi COVID-19 telah menguji kesiapan dosen dalam memfasilitasi pembelajaran daring. Dosen perlu saling mendukung dalam beradaptasi dengan moda pembelajaran baru. Interaksi dosen-dosen terjadi ketika berbagi pengalaman dan strategi pembelajaran serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Kolaborasi dosen mempercepat adaptasi dalam menjalankan peran mereka yang semakin kompleks di era transformasi digital. Pembelajaran kolaboratif mewajibkan dosen untuk berkolaborasi dalam menjalankan Tri Dharma. Dalam lingkungan e-Learning, kolaborasi dapat dilakukan dengan shadowing di kelas yang diampu dosen lain yang berpengalaman. Shadow mentor terlibat di kelas yang diampu dosen lain untuk memberi masukan.
Dalam forum diskusi daring asinkron berbasis teks, kontribusi dapat dilakukan kapan saja di mana saja, ada jeda waktu untuk mendapat jawaban, dapat memberikan lampiran, tautan, gambar, dan ekspresi matematis. Forum diskusi daring asinkron menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif, memupuk kemampuan berpikir kritis, menyuburkan jiwa kepemimpinan dan toleransi, meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi kecemasan, meningkatkan capaian belajar, dan mendorong keaktifan dalam belajar.
Interaksi asinkron menguntungkan mereka yang kesulitan berkomunikasi secara langsung yang menuntut spontanitas. Proses diskusi terekam dengan baik. Dosen dapat mengidentifikasi kesulitan belajar dan mendiagnosis kesalahan pemahaman konsep.
Transkrip diskusi merupakan sumber data yang kaya untuk diteliti.
Di sisi lain, forum diskusi asinkron berbasis teks memerlukan keterampilan tersendiri karena tidak adanya bantuan non-verbal seperti raut wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh. Hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan komunikasi. Jeda waktu menunggu umpan balik rawan menurunkan motivasi belajar.
Model Community of Inquiry (CoI). Model ini menjelaskan proses belajar kolaboratif daring yang mendalam sebagai dinamika kehadiran sosial (social presence), kehadiran kognitif (cognitive presence), dan kehadiran pengajaran (teaching presence).
Fungsi kehadiran sosial adalah menciptakan suasana aman dan nyaman untuk berdiskusi melalui ekspresi perasaan, upaya merajut hubungan baik, saling menghargai, dan menjaga kekompakan, dan menyampaikan nilai-nilai. Kehadiran pengajaran merupakan kontribusi anggota kelompok menjaga keberlangsungan diskusi dalam mencapai tujuan bersama. Kehadiran kognitif merupakan komponen esensial dalam berpikir kritis.
Rendahnya keterlibatan mahasiswa dalam diskusi merupakan kendala yang paling sering dihadapi dosen. Kajian ilmiah diperlukan untuk mengungkap akar permasalahan. Penelitian di lingkungan Fasilkom UI menunjukkan bahwa mahasiswa tidak aktif di awal diskusi disebabkan: mahasiswa merasa tidak cukup mempunyai bahan untuk disampaikan.
Khawatir cara berbahasanya tidak diterima dosen. Mereka menunggu contoh cara berkomunikasi yang baik dari dosen. Mahasiswa merasa kurang mampu dalam memberikan tanggapan secara tepat.
Dalam penutup orasi ilmiahnya, Prof Kasiyah menambahkan, “Perbedaan peran (dosen-mahasiswa) dulu dan sekarang seperti memperbandingkan antara perahu naga dan perahu karet. Dulu, perahu dikayuh seperti di danau yang tenang sedangkan sekarang harus seperti perahu karet, sedangkan di era transformasi digital sekarang ini, pembelajaran harus berbagi peran seperti layaknya perahu karet yang menghadapi arus deras perubahan dan tikungan tajam disrupsi teknologi. Saat ini, dosen dan mahasiswa berbagi roles dan tanggung jawab. Merasakan pengalaman mengendalikan dan mengarahkan. Pada tujuang bersama, merefleksi & memaknai pengalaman secara pribadi maupun kelompok”.
Strategi pembelajaran adalah seni. Tidak ada satu metode pembelajaran yang cocok pada segala situasi. Inilah yang membuat kajian di bidang pendidikan senantiasa menarik untuk diperbincangkan. Mengajar adalah menanam benih untuk masa depan bangsa. Para pakar sepakat bahwa, cara dosen mengajar mencerminkan pemahamannya tentang ‘makna belajar’.
Namun, ada satu kalimat lagi yang amat dipegang oleh Prof Kasiyah, “Cara kita mengajar, adalah cerminan rasa syukur, cinta pada peserta didik dan bangsa”.
Dalam kesempatan itu, juga dikukuhkan juga Prof. Dra. Omas Bulan Samosir, Ph.D sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Serta Prof. Dr. Maman Lesmana, S.S., M.Hum. sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.[mirza]