Utang Syaitan kepada Manusia
TRANSINDONESIA.co | “Datang lah engkau duhai maut/lepaskan daku dari nestapa. Engkau lagi tempatku berpaut/di waktu ini gelap gulita”.
Bait perih itu tertoreh pada pusara bersyair bernama T. Amir Hamzah di Masjid Azizi Tanjungpura, Langkat, 61 kilometer dari Medan ke arah Aceh Timur.
Diserbu. Diculik. Dihilang. Dilucut. Setelahnya, kabar kematian. Manusia Amir Hamzah dibunuh “syaitan” bajingan dalam tugas masa jabatan. Paduka wakil negara disembelih keji si biadab dari imaji kiri bangsa sendiri.
Dalam pengabdian sunyi Ketua Indonesia Muda berwajah santun itu meregang nyawa belia. Dieksekusi dengan mata terbuka usai minta haknya bermunajat doa. Keberanian dan kenegarawanan Manusia Amir abadi dalam warisan budi yang abadi.
Zuriyat Langkat meraung panjang. Amir sang pemberani maut itu mati, dan berarti. Siapa berani mengakui berutang “darah” keadilan? Dan, berarti kepada negeri.
Tak cuma kepada Langkat, Sumatera, Melayu, pun padamu negeri: Indonesia Raya. Datang lah engkau duhai keadilan, lepaskan zaman dari nestapa. Let’s kill the all devils!
Muhammad Joni, Advokat, bumi putera Langkat.