Badan Intelijen ASIO Beberkan Ancaman Spionase yang Dihadapi Australia
TRANSINDONESIA.co | Australia menghadapi ancaman spionase dan campur tangan asing yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan lebih banyak warga Australia yang menjadi sasaran agen-agen asing daripada sebelumnya, kata kepala dinas intelijen domestik negara itu, Selasa (21/2).
Banyak negara menggunakan spionase dan campur tangan asing untuk memajukan kepentingan mereka dan merusak kepentingan Australia, kata Mike Burgess, Sekretaris Jenderal Keamanan Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO), dalam pidato evaluasinya yang setebal 21 halaman.
“Mereka menggunakan spionase untuk secara diam-diam memahami politik dan pengambilan keputusan Australia, aliansi dan kemitraan kami, serta prioritas ekonomi dan kebijakan kami,” kata Burgess.
“Berdasarkan apa yang dilihat ASIO, lebih banyak orang Australia menjadi sasaran spionase dan campur tangan asing daripada kapan pun dalam sejarah Australia — lebih banyak dinas intelijen asing yang tidak bersahabat, lebih banyak mata-mata, lebih banyak penargetan, lebih banyak bahaya, lebih banyak penyelidikan ASIO, lebih banyak gangguan ASIO. ”
Komentarnya dirilis ke media sebelum pidatonya di kantor pusat ASIO di Ibu Kota Australia, Canberra.
Ia mengatakan lembaga yang dipimpinnya telah melihat adanya peningkatan penargetan online terhadap orang-orang yang bekerja di industri pertahanan Australia sejak September 2021, ketika Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris saat itu Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia saat itu Scott Morrison mengumumkan perjanjian tiga arah yang dikenal sebagai AUKUS untuk memberi Australia armada kapal selam yang ditenagai oleh teknologi nuklir AS.
“Saat kami mengembangkan AUKUS, sangat penting bagi sekutu kami untuk mengetahui bahwa kami dapat menjaga rahasia kami dan menjaga rahasia mereka,” kata Burgess.
Warga Australia yang menjadi sasaran pemerintah asing termasuk hakim, komentator media dan jurnalis, kata Burgess, sambal menambahkan bahwa sejumlah kecil “tokoh peradilan” juga telah menjadi sasaran “pendekatan yang mencurigakan.”
Para mata-mata asing berusaha untuk menggunakan litigasi sebagai “tol pengumpulan intelijen,” kata Burgess.
ASIO telah mengungkap dan menghentikan rencana perekrutan jurnalis Australia oleh negara asing melalui “studi wisata” yang dibayar penuh. Badan tersebut juga telah melacak selama beberapa tahun mantan personel militer Australia yang bersedia dibayar untuk memberikan pelatihan dan mengajarkan keahlian mereka kepada pemerintah asing, kata Burgess.
Para pejabat pertahanan Australia, Inggris, dan Kanada telah menyuarakan keprihatinan dalam beberapa bulan terakhir bahwa China berusaha untuk mencuri keahlian militer seperti dari pilot jet tempur. Amerika Serikat berusaha untuk mengekstradisi dari Sydney mantan pilot AS Daniel Duggan atas dakwaan bahwa ia bersekongkol dengan pihak lain untuk memberikan pelatihan kepada pilot China pada tahun 2010 dan 2012.
Ia mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, pihak berwenang dapat menghentikan mantan orang dalam yang bepergian ke luar negeri untuk memberikan pelatihan, tetapi dalam kasus-kasus lain, ketidakjelasan hukum telah menghambat kemampuan penegak hukum untuk campur tangan. [voa]