Satu Abad Nahdlatul Ulama, Anies Baswedan Ziarah ke Makam KH Zainul Arifin Pohan

TRANSINDONESIA.co | Tepat pada 1 abad Nahdlatul Ulama ini saya menyempatkan ziarah ke makam KH Zainul Arifin Pohan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. Beliau merupakan salah satu penggerak (muharrik) NU awal di Jakarta dan pahlawan bangsa.

Gus Dur menggambarkan beliau dengan bangsawan yang ber-NU melalui jalur kemerdekaan.

Lahir di Barus, Sumatera Utara, pada 12 September 1909, KH Zainul anak tunggal Raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus. Sejak remaja merantau ke Batavia dan langsung bergabung di Gerakan Pemuda (GP) Ansor, dan kemudian menjadi Ketua NU Jatinegara dan Majelis Konsul NU Batavia.

Pada masa revolusi Indonesia, KH Zainul Arifin menjadi panglima Hizbullah. Dia merekrut dan melatih anak-anak muda di desa-desa untuk menjadi pejuang bangsa.

Beliau mewakafkan seluruh waktu dan energinya untuk NU dan Republik. Terlibat sangat aktif dalam berbagai posisi dan tugas di NU dan kenegaraan. Mulai dari Badan Pekerja Komite  Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), wakil perdana menteri pada kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953-1955), anggota konstituante, dan terakhir menjadi Ketua DPR-GR sebagai perwakilan NU.

Saat puncak pemberontakan DII/TII pada kurun 60-an, KH Zainul Arifin beserta NU menyatakan sikap tetap memihak Republik.

Maka, meskipun beredar kabar berbagai upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno, KH Zainul memilih melindungi sang presiden. Sehingga akhirnya pada 10 Dzulhijjah 1381 H/14 Mei 1962. Pada rakaat kedua KH Zainul Arifin terkena peluru yang ditembakkan anggota DII/TII yang ikut shalat Idul Adha; peluru tersebut mestinya mengenai Presiden Soekarno.

Tugasnya melindungi Presiden terlaksana, tetapi kesehatannya terus menurun. Beliau syahid pada 2 Maret 1963. Negara mengangkatnya menjadi pahlawan kemerdekaan nasional. Dan, namanya diabadikan menjadi salah satu jalan di Jakarta, tepatnya jalan KH Zainul Arifin, Jakarta Pusat.

Kisah KH Zainul Arifin ini adalah cerminan dari bagaimana NU mewarnai Indonesia. Tak pernah mundur selangkah pun untuk urusan keislaman dan keindonesiaan. Kini, NU siap menghadapi abad kedua yang penuh dengan tantangan. Insya Allah NU senantiasa merawat jagat, membangun peradaban.(Anies Baswedan)

Share