Tokoh Kartun Ali Baba Hibur Anak-anak di Jalur Gaza
TRANSINDONESIA.co | Dalam upaya membangkitkan keceriaan di kalangan anak-anak di Jalur Gaza, sebuah LSM pendidikan di Palestina menggelar program pendidikan dengan menghadirkan tokoh kartun Arab terkenal Ali Baba.
Itu suara Mohammad al-Amoudi, warga Gaza berusia 30 tahun. Ia menggambarkan dirinya sebagai Ali Baba, tokoh kartun terkenal dalam dongeng-dongeng Arab. Ia mendongeng, menyanyi dan menari di hadapan sekumpulan anak-anak di Rafah, Gaza.
Terinspirasi oleh kakeknya yang gemar mendongeng ketika ia masih kecil, Amoudi menjadikan mendongeng tidak hanya sebagai hobi tapi juga pekerjaan.
“Saya, sebagai pendongeng, menuturkan berbagai cerita dalam suasana yang bebas dan aman, agar mereka dapat mengekspresikan diri dan mendengarkan cerita-cerita yang bagus. Anda tahu bahwa Jalur Gaza sedang mengalami kondisi yang sulit. Jadi, dongeng adalah penyejuk bagi jiwa mereka,” jelasnya.
Amoudi tidak sendirian. Ia didukung sejumlah penari dan penyanyi lainnya dalam misinya menghibur anak-anak. Apa yang dilakukannya adalah bagian dari program Lembaga Pendidikan Komunitas Tamer, sebuah LSM pendidikan di Palestina.
Amoudi mengatakan ada banyak pesan pendidikan yang disampaikan lewat program Ali Baba ini. “Kami mengisahkan berbagai kejadian melalui dongeng. Anak-anak diajak menelusuri masa-masa sulit tokoh yang dihadirkan dalam cerita. Misalnya, cerita ‘Mukhtar Bertelinga Besar’ yang mengisahkan orang yang suka merundung dan korbannya. Cerita itu berakhir bahagia,” lanjutnya.
Minna Hassouna menyukai progam LSM Tamer. Usianya sudah 13 tahun, tapi ia mengaku tetap terpesona dengan dongeng-dongeng yang diceritakan Ali Baba. Ia dan teman-temannya tertawa, menyanyi, menari dan berinteraksi dengan si pendongeng.
“Awalnya saya terkejut, saya biasa menonton Ali Baba dalam film kartun, jadi ketika saya melihat pendongeng ini, saya berkata Ali Baba ternyata hidup dan saya berbicara dengannya, dan ia menceritakan sebuah cerita dan saya berinteraksi dengannya. Kami semua senang Ali Baba mengunjungi kami,” jelasnya.
Bisan Nateel, koordinator program dongeng Lembaga Pendidikan Komunitas Tamer, menilai Ali Baba mengemban misi penting bagi anak-anak Palestina. “Ali Baba datang ke tempat pengungsian dengan kisahnya yang sarat makna dan pesan. Ia membahas masalah-masalah sosial di masyarakat Palestina dan mungkin di masyarakat Arab juga. Misalnya, bercerita tentang sang ayah tinggal jauh dari anaknya karena masalah ekonomi, kondisi sosial atau politik,” komentarnya.
Amoudi ingin menghibur lebih banyak anak, tidak hanya di Gaza, tapi juga di luar negeri. Ia berharap suatu hari nanti, ia bisa menceritakan kisah-kisah Palestina dengan perjuangan rakyatnya kepada anak-anak di tempat lain di dunia.
Ali Baba adalah karakter utama dari cerita rakyat “Ali Baba dan Empat Puluh Pencuri”. Kisah ini termasuk dalam koleksi dongeng “Seribu Satu Malam” dan ditambahkan penerjemah Antoine Galland ke dalam koleksi itu pada abad ke-18, setelah mendengarnya dari pendongeng Suriah Hanna Diyab. [voa]