Memelihara Air atau Memelihara Ikan?

TRANSINDONESIA.co | Para penggemar ikan, apa sebenarnya yang dipelihara ikannya atau airnya? Saya melihat kotbah Rm Yustinus Ardianto Pr di tiktok yang menjelaskan tentang penggemar ikan, yang lebih fokus dan terlebih dahulu adalah memelihara airnya, baru memelihara ikannya.

Dalam kehidupan kita sebagai mahkluk sosial, yang dipelihara adala cinta kasih, lingkungan di mana kita berada. Tatkala lingkungan ini sehat penuh dengan cinta kasih maka dalam hidup dan kehidupanpun akan penuh dengan suasana yang harmoni. Membangun dan memelihara lingkungan yang harmoni memerlukan suatu situasi dan kondisi bagaimana spirit dan kebersamaan yang menunjukan adanya keteraturan sosial.

Di sinilah pentingnya rekayasa sosial (social engineering). Tatkala terjebak pada sesuatu yang lebih menonjol nonjolkan pribadi atu ego sektoral maka suasana cinta kasih maupun harmoni tidak akan tercapai.

Membangun keteraturan sosial, membangun peradaban? Tentu saja iya, karena keteraturan sosial merupakan pilar dari peradaban. Rekayasa sosial dapat dibangun dengan pendekatan seni budaya. Melalui seni budaya dapat mengasah budi, logika bahkan hati nurani.

Dialog dalam konteks keteraturan sosial merupakan acuan dasar. Positive thinking dan dalam sesuatu yang pragmatis menunjukan pembelaan atas manusia, hidul dan kehidupan. Manusia sebagai aset utama bangsa, yang perlu dijaga dirawat, dicerdaskan agar mampu untuk hidup dalam kebersamaan.

Merawat cinta kasih bagi semakin manusiawinya manusia setidaknya mencakup:

1. Menjaga, merawat dan menata alam lingkungan di mana kita tinggal sehingga asri dan ngangeni.
2. Menjamin keamanan dan rasa aman
3. Mengempur premanisme
4. Membuat standar bagi hidup dan kehidupan bagi kemanusiaan
5. Menyiapkan infrastruktur dengan sistemnya
6. Melakukan transformasi dan kaderi sasi
7. Pemberdayaan potensi dan melakukan tindakan proaktif problem solving
8. Membangun local heroes
9. Membangun spirit kreatif inovatif
10. Menerapkan di kawasan pilot project, dsb.

Seni budaya pilar peradaban bangsa.
Seni adalah bagian dari hidup dan kehidupan manusia. Manusia menghidupkan kehidupanya melalui seni. Dengan seni, hidupnya semakin bermakna dan beragam.

Bagi para pemimpin perlu pemahaman tentang seni dan budaya sehingga dalam melaksanakan tugasnya untuk memanusiakan manusia, mengangkat harkat dan martabat manusia semakin pekadan peduli.

Keberhasilan tugas bagi seorang pemimpin salah satunya adalah mampu memanusiakan manusia, kepekaan dan kepedulian akan kehidupan diwujudkan melalui keceptan merespon, pemecahan masalah, menjembatani, menangani potensi-potensi yang dapat mengancam, menghambat, merusak, bahkan mematikan kehdupan.

Memahami kehidupan manusia diperlukan hati nurni untuk bisa berempati. Melatih hati nurani yang berempati salah satunya melalui seni.Tatkala saling berkomunikasi, saling mengunjungi antar wrga, bahkan dengan berbagai kegiatan kemanusiaan.

Hingga penegakkan hokum sekalipun dapat diterapkan dengan elegan dan manusiawi. Membangun kemitraan dan kepercayaan tatkala seni menjadi pilar maka para punggawa penyelenggara negara dan pemangku kepentingan lainya akan mampu menunjukan: ketulusannya, kejujuranya, empatinya, kebenarnya, penghormatannya akan manusia.

Karena seni dasarnya adalah hati yang tulus, hati yang jujur, empati, menyuarakan kebenran. Itu juga bagian membangun peradaban. Di sinilah ditunjukan juga membangun keadilan.

Hukum yang dibuatpun menunjukan hukum yang adil, humanis yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia. Dengan seni hati dan otak kanan terasah kepekaannya, disinilah perlunya untuk kesadaran, kepedulian dan meminimalisir niat-niat jahat, kalaupun terpaksa dilakukan masih ada rasa malu dan tidak lagi membangga-banggakan yang keliru.*

Chrysnanda Dwilaksana
Tengah malam dini hari 201222

Share