Di Kenya, Sepak Bola Cara Jitu Atasi Kejahatan dan Narkoba

TRANSINDONESIA.co | Di balik hingar-bingar turnamen sepak bola Piala Dunia di Qatar, banyak terungkap cerita menarik seputar olahraga yang satu ini. Salah satunya muncul dari Kenya, di mana sepakbola ternyata merupakan cara jitu memerangi kejahatan dan narkoba.

Kibera adalah kawasan permukiman miskin di pinggiran Nairobi. Namun di kawasan itu, sebuah liga sepak bola komunitas berhasil menunjukkan bahwa jenis olahraga yang satu ini bisa berdampak positif pada masyarakat.

Elijah Wambua termasuk yang memetik manfaat positif dari keberadaan liga ini. Pemuda berusia 33 tahun ini dulunya adalah penjahat yang sering meneror warga Nairobi dengan perampokan yang kejam.

Namun setelah kehilangan beberapa temannya dalam kekerasan, Wambua memutuskan untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya dengan bergabung dengan liga itu.

“Sepak bola adalah segalanya bagi saya, dan jika bukan karena sepak bola, saya mungkin sudah mati atau dipenjarakan. Saya mencari nafkah dari sepakbola. Olahraga ini membuat saya menjadi orang yang berguna di komunitas saya,” ujarnya.

Wambua, yang memiliki julukan Gaucho — diambil dari nama penyerang terkenal Brasil, Ronaldinho Gaucho – bukan hanya pemain di liga itu, tapi juga mentor. Ia membimbing anak-anak muda di komunitasnya, sehingga menjauhkan mereka dari kehidupan kriminal dan sebaliknya mengasah keterampilan mereka memainkan bola bundar dengan harapan memperoleh masa depan yang lebih baik.

Inter Base League, demikian nama liga itu, didirikan pada tahun 2019 oleh Eric Juma, yang juga dikenal sebagai ‘Totti’, nama yang diberikan untuk gaya bermainnya yang mirip dengan penyerang Italia Francesco Totti.

“Inter Base League adalah liga tempat kami bermain. Biasanya kami menyebutnya liga amatir, dimainkan di permukiman kumuh. Pada dasarnya, liga ini diperkenalkan untuk mengakhiri hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan dan narkoba di masyarakat kami,” ujar Juma.

Juma terinspirasi untuk membentuk liga ini setelah teman masa kecilnya terbunuh saat ikut serta dalam pembajakan mobil. Pada hari yang menentukan itu, Juma dan temannya tersebut sebetulnya akan bertemu untuk pertandingan sepak bola.

Ketakutan akan kehilangan lebih banyak teman karena kejahatan menginspirasinya untuk mendirikan liga.

Juma berharap liga ini suatu hari nanti memiliki dua divisi putra, juga divisi anak-anak dan putri.

Liga itu memiliki banyak penggemar yang datang untuk mendukung tim-tim yang secara keseluruhan beranggotakan sekitar 1.000 anak muda.

Setiap tim idealnya memiliki 16 pemain, tetapi beberapa di antara mereka memiliki 50 pemain.

Sebagai bentuk dukungan, beberapa suporter memberikan donasi kecil-kecilan.

Para pemain dilarang bermain saat berada di bawah pengaruh narkoba.

Base atau basis adalah istilah gaul yang populer di kalangan pemuda Kibera, yang berarti “tempat nongkrong”. Juma menginspirasi anak-anak muda dari berbagai tempat nongkrong ini untuk membentuk tim.

Banyak pemain telah meninggalkan kehidupan kriminal dan narkoba sejak bergabung dengan liga tersebut. [voa]

Share