Persaingan Ketat Menjelang Pemilihan Umum Malaysia
TRANSINDONESIA.co | Sambil menyantap sup mie di kantin, Patricia Wong, 33, membuka-buka layar telepon pintarnya untuk mencari informasi terbaru tentang kampanye pemilu. Ia belum menetapkan pilihan.
“Ada banyak hal yang harus saya pertimbangkan dan ada banyak informasi untuk dibaca tentang pemilu serta para kandidat,” kata Wong.
Malaysia akan menggelar pemilu pada 19 November. Dari rapat umum politik hingga kampanye di jalan-jalan dan berbincang di kedai kopi, para kandidat menyampaikan pendapat mereka kepada publik, berusaha meraih suara mereka dalam pemilu yang sangat ketat untuk menguasai parlemen.
“Malaysia telah mengadakan pemilu reguler selama lebih dari 60 tahun. Menurut saya, situasinya tidak pernah sekompetitif ini,” kata Ibrahim Suffian, direktur program di Pusat Riset Opini Merdeka yang berbasis di Malaysia. “Kompetitif dalam arti bahwa ada tiga koalisi besar yang bersaing dan pada saat yang sama ada banyak ketidakpastian soal bagaimana pemungutan suara akan dilakukan.”
Malaysia telah memiliki empat perdana menteri dalam lima tahun ini. Salah satunya, Najib Razak, yang lengser pada 2018. Ia sedang menjalani hukuman 12 tahun penjara setelah kalah dalam banding terakhirnya menyusul vonis pada 2020 atas tuduhan terkait skandal korupsi bernilai miliaran dolar. Dan negara itu saat ini kesulitan menghadapi inflasi sementara mencoba membangun kembali ekonomi yang goyah dilanda imbas pandemi. Menurut Suffian, itu semua membebani pikiran pemilih.
Saat ini sedang musim hujan di Malaysia dan terjadi banjir di beberapa bagian negara. Suffian dari Merdeka Center mengatakan, jika terjadi banjir yang meluas di sekitar waktu pemilu, itu bisa secara signifikan menghambat partisipasi pemilih dan akan memengaruhi hasil pemilu.[voa]