Hong Kong Tawarkan Visa Baru untuk Atasi ‘Brain Drain’

TRANSINDONESIA.co | Pemimpin Hong Kong, Rabu (19/10), memperkenalkan skema visa baru untuk membujuk orang-orang asing berkualitas untuk menetap dan bekerja di sana. Skema visa itu merupakan bagian dari usaha kota itu untuk membendung brain drain sehingga tidak kehilangan statusnya sebagai pusat keuangan internasional.

Pemimpin Eksekutif John Lee mengatakan skema yang disebut Top Talent Pass ini akan memungkinkan lulusan dari universitas top dunia untuk bekerja atau mengejar peluang di kota itu selama dua tahun dengan gaji tahunan 2,5 juta dolar Hong Kong ($318.472) atau lebih.

Tawaran untuk menarik bakat ke Hong Kong itu diperkenalkan setelah ratusan ribu penduduk meninggalkan kota itu dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh tindakan keras politik yang sedang berlangsung dan berkurangnya kebebasan setelah penerapan undang-undang keamanan nasional yang ketat, serta kebijakan penanggulangan COVID-19 yang ketat.

Selama dua tahun terakhir, tenaga kerja kota telah menyusut sekitar 140.000 orang, kata Lee. “Kita harus lebih proaktif dan agresif dalam bersaing untuk mendirikan perusahaan dan bersaing untuk mendapatkan orang-orang berkualitas,” kata Lee dalam pidato kebijakan perdananya pada hari Rabu. “Selain aktif membina dan mempertahankan talenta lokal, pemerintah akan secara proaktif menjaring talenta dunia.”

Ia juga mengumumkan serangkaian proposal, termasuk pemotongan pajak dan langkah-langkah longgar untuk mempekerjakan orang asing untuk meningkatkan daya saing kota itu, setelah pembatasan virus corona memukul ekonomi lokal dan membuat para profesional hengkang dari kota itu.
Orang-orang asing pembeli rumah baru dapat menerima pengembalian sebagian pajak yang dikenakan atas pembelian properti mereka bila menjadi penduduk tetap.

Proses rekrutmen untuk profesi tertentu juga akan disederhanakan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mempekerjakan orang asing.
Lee, mantan kepala keamanan yang dipilih sendiri oleh Beijing untuk memimpin Hong Kong, berada di bawah tekanan untuk memposisikan kembali kota itu sebagai pusat bisnis dan keuangan teratas, setelah eksodus penduduk memicu kekhawatiran bahwa para profesional akan bermigrasi ke kota-kota saingan seperti Singapura dan Dubai.

Populasi kota itu pada pertengahan 2022 turun 1,6 persen dari tahun sebelumnya, menurut statistik pemerintah pada bulan Agustus.

Singapura mengalahkan Hong Kong dalam peringkat pusat keuangan global bulan lalu dan pada Agustus mengumumkan visa baru yang memungkinkan profesional asing yang terampil dan berpenghasilan tinggi untuk bekerja di banyak perusahaan pada saat yang sama, bukan hanya satu perusahaan. [voa]

Share