Tiga Lumba-lumba Dilepaskan dari Cengkeraman Sirkus di Bali
Ketiganya diselamatkan pada tiga tahun lalu dari sebuah kolam kecil di hotel resor tempat mereka dijual.
TRANSINDONESIA.co | Tiga lumba-lumba hidung botol dilepas ke laut di Bali pada Sabtu (4/9), setelah bertahun-tahun dikurung untuk menjadi hiburan bagi para turis yang akan menyentuh dan berenang bersama mereka.
Saat bendera merah putih berkibar, gerbang bawah laut yang berada di salah satu tempat di Pulau Bali, dibuka. Hal tersebut memungkinkan tiga lumba-lumba yang bernama Johnny, Rocky dan Rambo, berenang bebas.
Ketiganya diselamatkan pada tiga tahun lalu dari sebuah kolam kecil di hotel resor tempat mereka dijual. Sebelumnya mereka menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun untuk tampil di sirkus keliling.
Mereka kembali sehat dan kuat ketika telah dirawat di pusat rehabilitasi di Bali, sebuah kandang terapung di teluk yang memberikan lingkungan yang lebih alami.
Lincoln O’Barry, yang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendirikan Pusat Rehabilitasi, Pelepasan, dan Pensiun Umah Lumba, mengatakan lumba-lumba adalah individu liar yang seharusnya hidup bebas.
“Pengalaman yang sangat emosional saat melihat mereka pergi,” kata O’Barrry.
Pusat tersebut diinisiasi pada tahun 2019 oleh Dinas Kehutanan Bali dan Kementerian Kehutanan. Umah lumba berarti lumba-lumba.
Ketika proses pelepasan, ketiga lumba-lumba itu sempat bingung saat gerbang dari tempat penangkaran mereka dibuka. Mereka tampak tidak yakin dengan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Namun, setelah sekitar satu jam setelahnya, mereka terlihat berada di tengah laut, terkadang melompati ombak yang beriak.
Pemerintah mendukung penyelamatan lumba-lumba, bekerja sama dengan Dolphin Project, yang didirikan oleh ayah Lincoln, Ric O’Barry, yang juga ikut dalam pelepasan tersebut.
Ric O’Barry pernah menjadi pelatih lumba-lumba untuk acara TV tahun 1960-an “Flipper.” Namun ia kemudian melihat jumlah korban pada hewan-hewan tersebut. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk mengembalikan lumba-lumba ke alam liar.
Para pekerja pusat rehabilitasi tersebut bertepuk tangan saat lumba-lumba berenang keluar. Wahyu Lestari, sang koordinator, mengatakan dia agak sedih melihat mereka pergi.
“Saya senang mereka bebas, dan mereka akan kembali ke keluarga mereka,” katanya. “Mereka seharusnya berada di alam liar karena mereka dilahirkan di alam liar.”
Lumba-lumba yang dibebaskan akan dipantau di laut dengan pelacakan GPS selama setahun. Mereka dapat kembali untuk berkunjung ke tempat suakanya, meskipun tidak jelas apa yang akan mereka lakukan. Mereka mungkin bergabung dengan kawanannya yang lain, tetap bersama, atau berpisah.
Lumba-lumba yang disekap dalam rombongan sirkus diangkut dari kota ke kota, disimpan dalam air yang mengandung klorin, ditahan dalam isolasi atau dipaksa untuk berinteraksi dengan turis. Mereka seringkali mengalami cedera akibat perlakuan selama dalam penyekapan.
Johnny, lumba-lumba tertua, memiliki gigi yang aus hingga di bawah garis gusi ketika dia diselamatkan pada 2019. Awal tahun ini, dokter gigi memberinya mahkota gigi bergaya lumba-lumba sehingga dia sekarang bisa menjepit ikan hidup.
Ric dan Lincoln O’Barry telah menghabiskan waktunya selama setengah abad untuk bekerja menyelamatkan lumba-lumba dari penangkaran di lokasi dari Brazil hingga Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pelepasliaran pada Sabtu (4/9) adalah penyelamatan pertama di Indonesia. [voa]