Fasilitas Kesehatan Bagi Jemaah Haji Indonesia

TRANSINDONESIA.co |
Pemerintah Arab Saudi memberikan kuota sebanyak 100.051 bagi warga negara Indonesia (WNI) untuk dapat mengikuti pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Sebanyak 776 petugas dari Kementerian Kesehatan yang terdiri dari 304 orang Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) dan 472 orang Tenaga Kesehatan Haji (TKH) dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan ibadah haji.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, dr. Budi Sylvana, MARS, petugas kesehatan yang terlibat pada ibadah haji tahun ini memang mengalami penurunan secara jumlah, namun dari sisi komposisi jenis tenaga kesehatan ada penambahan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebijakan dari Arab Saudi terkait jumlah kuota dan juga kondisi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang masih berlangsung hingga saat ini.

“Untuk petugas kesehatan bervariasi, dari quantity ada pengurangan jumlah, namun dari sisi komposisi ada penambahan, saat ini 12 jenis spesialisasi yang kita turunkan,” kata dr. Budi dikutip dalam keterangannya, Selasa (7/6/2022).

Dua belas tenaga dokter spesialis yang terlibat pada musim haji tahun ini terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis paru, dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dokter spesialis syaraf, dokter spesialis bedah orthopedi, dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis kedokteran jiwa, dokter spesialis anastesi, dokter spesialis rehab medik, dokter spesialis emergensi medis, dokter spesialis kedokteran penerbangan dan dokter spesialis mikrobiologi klinik.

“Dokter spesialis mikrobiologi klinik akan kita minta tolong untuk pencegahan dan pengendalian infeksi selama musim haji khususnya di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) karena kita tahu, haji tahun ini masih dalam musim pandemi, segala bentuk antissipasi harus kita lakukan,” sebut dr. Budi.

Kemenkes telah menyiapkan Kantor Kesehatan Haji Indonesia yang berada di Mekah, Madinah dan Jeddah, selain itu juga membuka 296 titik layanan kesehatan selama operasional pelaksanaan haji di Arab Saudi sebagai tempat layanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh jemaah haji Indonesia. Sebanyak 173 jenis obat-obatan dan 45 macam perbekalan kesehatan yang total seluruhnya mencapai 18 ton telah disiapkan, saat ini sedang proses clearence di bea cukai Jeddah.

Seluruh jemaah haji Indonesia juga akan mendapatkan paket tas yang berisi masker kain, masker medis, oralit, cairan semprot wajah, plester, tisu basah, hand sanitizer, kantong kencing, yang merupakan perlengkapan pendukung selama melaksanakan ibadah di tanah suci. Meski sampai saat ini Kemenkes belum menerima laporan terkait jemaah haji yang menggunakan kursi roda namun Kemenkes memastikan telah mempersiapkan fasilitas kursi roda bagi calon haji yang membutuhkan.

“Kita akan siapkan bagi jamaah yang membutuhkan kursi roda, jadi tidak usah khawatir bagi jemaah pemerintah akan siapkan kursi roda,” ucap Budi.

Mengingat dari 100.051 calon haji asal Indonesia sebanyak 35,81% masuk dalam kategori risiko tinggi (risti) dan lanjut usia. Untuk memberikan perlindungan kesehatan selama melakukan ibadah haji, Kemenkes mempersiapkan teknologi yang dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan para calon haji.

“Bentuknya tele jemaah, tele petugas, wrist band semacam smart watch yang akan digunakan oleh jemaah sangat berisiko tinggi, kondisi kesehatan jemaah akan dipantau oleh petugas melalui teknologi,” kata dr. Budi.

Bagi calon haji yang memiliki penyakit jantung dan hipertensi akan diberikan wrist band. “Kurang lebih ada 3 ribu semacam smartwatch, untuk tahun ini sebagai piloting, yang akan dipasangkan kepada jemaah paling risti yaitu jemaah yang memiliki penyakit jantung dan juga hipertensi yang akan kita sematkan smartwatch sehingga kondisi kesehatan mereka lebih terpantau oleh petugas dan juga petugas di KKHI,” demikian penjelasan dr. Budi.[rfh]

Share