Tiga Satria Pendukung Terjadinya Perang Baratayuda
TRANSINDONESIA.co | Baratayuda kisah perang saudara musnahnya bangsa kuru, akibat ketamakan dam kerusakan. Banyak upaya mencegah perang besar itu, namun semua sia sia akibat sifat dan perilaku yang tamak dari Duryudana. Sejak kelahirannya sudah diramalkan bahwa Duryudana akan menjadi penghasut dan pembunuh saudara saudara Kurawa lainnya. Resi Wiyasa atau Resi Abiyasa sudah mengingatkan Raja Destrarata untuk membunuh Duryudana sejak lahir. Justru sebaliknya Raja Destraratra memanjakannya ditambah lagi paman nya Raja Gandara Sangkuni yang merupakan kakak dari Ratu gandari ( ibu dari para Kurawa). Raja Gandara seakan menjadi aktor intelektual dari para Kurawa akibat cinta butanya kepada adiknya Gandari. Ia berusaha mati matian menjadikan keponakannya Duryudana menjadi Raja Hastina Pura. Ia menyadari yang semestinya menjadi hak para Pandawa.
Para Pandawa begitu kuat dan layak menjadi Raja Hastina Pura menggantikan ayahnya Raja Pandu. Sejak kecil Pandawa diperlakukan tidak adil. Dari upaya pembunuhan terhadap Bima, kisah pembakaran Pandawa dalam kisah Bale Sigala gala, permainan dadu ( kisah Pandawa Dadu ), kisah penelanjangan Drupadi, pengasingan Pandawa selama 12 th, dan masa penyamaran 1th, kisah Krisna Duta , telah menyulut amarah pihak Pandawa untuk berperang. Segala nasihat dan upaya perdamaian seakan dianggap debu dan menguap dalam hati Duryudana. Duryudana merasa besar kepala dan merasa kekuatan besar karena tiga satria luar biasa. Yaitu : 1. Bisma yang Agung yang sebenarnya kakek mereka ( Pandawa maupun Kurawa), 2. Guru Dorna yang merupakan guru Pandawa maupun Kurawa, 3. Raja Angga Karna yang sebenarnya kakak tertua Pandawa yang lahir dari Dewi Kunthi dengan Bathara Surya sebelum pernikahannya dengan Pandu.
Bisma yang Agung putra Raja Sentanu dengan Dewi Gangga yang seharusnya menjadi pewaris tahta Hastina Pura. Namun karena sumpah dan janjinya untuk membujang dan menjadi penjaga tahta Hastina Pura. Ia mengabdi dan berjalan di depan para Raja Hastinapura. Kesaktian yang sangat luarbiasa dan tidak ada yang mampu mengalahkannya. Selain itu ia tidak akan mati kalau bukan karena kehendaknya sendiri. Ia bersumpah untuk mati setelah Hastinapura berada di tangan Raja yang tepat. Bisma dalam perang Baratayuda adalah perang memenuhi sumpahnya walau ia dapat ditumbangkan oleh Srikandi yang sebenarnya adalah titisan Dewi Amba yang akan menjemputnya pada perang Baratayuda. Sumpah dan pengabdian Bisma kepada Hastinapura ini dimanfaatkan Duryudana sebagai bentengnya.
Guru Dorna, seorang resi yang luar biasa yang memiliki kesaktian senjata Bramastya. Sejatinya Guru Dorna telah menolak dan menghindar untuk tidak terlibat perang Baratayuda. Namun karena begitu cintanya kepada anak semata wayangnya Aswatama yang bersahabat dengan Duryudana sehingga rela menjadi pendukung Hastinapura. Kelemahan Guru Dorna dijadikan peluang bagi Duryudana untuk menjadi pilar kekuatan Kurawa dalam perang Baratayuda. Walau Guru Dorna memahami bahwa ia akan dihukum dan gugur di tangan Drestajumna anak dari Raja Drupada yang sebenarnya juga sahabat seperguruannya.
Raja Angga Karna, karena merasa hutang budi dengan Duryudana yang telah mengangkat sebagai sahabat dan menjadikannya raja. Kebutaan akan balas budi ini diberdayakan oleh Duryudana untuk membela Kurawa dalam perang Baratayuda. Raja Angga Karna juga dikenal dengan Surya Putra. Anak Batara Surya yang begitu sakti dengan perlindungan anting dan rompinya. Juga senjata Konta pemberian Batara Indra. Raja Angga Karna tahu akan dosa dan kelemahannya akan sumpah dan janjinya. Ia pun gugur di tangan Arjuna yang sebenarnya adalah adiknya sendiri. Karna memiliki hutang budi yang dibawa mati kepada Duryudana.
Ke tiga ksatria tersebut tahu akan posisinya dan mendukung perang Baratayuda karena sumpahnya untuk setia terhadap Hastinapura. Basudewa Krisna mengingatkan dan menyadarkan mereka satu persatu sebelum kematiannya. Strategi Krisna yang mampu meluluhkan dan membuat ketiga Ksatria itu sadar akan kesalahannya dan rela dihukum di tegal Kurusetra palagan Baratayuda. Ketiga ksatria tadi dianggap menjadi batu sandungan dan penghalang bagi kesejahteraan dunia karena membela Duryudana walau atasnama Hastinapura.
Chrysnanda Dwilaksana
Tegalparang 140522