Rusia Lancarkan Serangan Baru di Mariupol
TRANSINDONESIA.co | Rusia melancarkan serangan baru terhadap kota pelabuhan Mariupol pada Rabu (20/4). Serangan tersebut diluncurkan di tengah upaya para pejabat lokal setempat membuat jalur pelarian bagi perempuan, anak-anak, dan lansia agar mereka dapat melarikan diri dari wilayah konflik tersebut menuju Zaporizhzhia, kota yang dikontrol oleh Ukraina.
Pasukan Rusia membom pabrik peleburan baja yang besar, Azovstal, di mana tentara Ukraina bertahan dan tidak menghiraukan tuntutan Rusia untuk meletakkan senjata dan menyerah.
Lebih dari 100.000 orang diduga terperangkap di kota yang terletak di pantai utara dari Laut Azov. Sebelum diserang Rusia, jumlah penduduk Mariupol mencapai 400.000.
“Kondisi di sana benar-benar buruk,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, pada sebuah konferensi diplomatik di Panama. Ia menggarisbawahi usaha membentuk koridor kemanusiaan, atau wilayah gencatan senjata untuk penduduk mengungsi dan tempat bantuan disalurkan, namun usaha itu gagal.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan bahwa sebelumnya terdapat persetujuan untuk membuka koridor kemanusiaan di mana perempuan, anak-anak, dan warga usia lanjut bisa meninggalkan Mariupol, dan Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko menganjurkan penduduk untuk memanfaatkannya.
“Jangan takut, dan pergilah ke Zaporizhzhia, di mana Anda bisa menerima bantuan yang Anda butuhkan, makanan, obat-obatan, dan bahan-bahan pokok, dan yang utama adalah Anda berada di tempat yang aman,” kata Boychenko dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran seputar Mariupol merupakan bagian dari serangan Rusia untuk mengambil alih kendali atas Ukraina timur, tempat tambang batu bara dan pabrik peralatan berat yang penting bagi ekonomi Ukraina.
Tetapi Ukraina yang mendapat dukungan kiriman persenjataan baru dari AS dan sekutu Barat, telah bertekad untuk tidak menyerahkan kawasan itu dan sedang terlibat dalam pertempuran yang sengit dengan Rusia.[voa]