Diskursus Pemolisian di Papua

TRANSINDONESIA.co | Diskursus pemolisian di Papua merupakan pemikiran dan ide ide baru dalam membangun keteraturan sosial. Hakekat pemolisian adalah kemanusiaan yang implementasi pemolisiannya dengan pendekatan:

1. Kemanusiaan dengan sharing kebahagiaan
2. Seni dan budaya dan Pariwisata
3. Pembelajar atau sharing pengetahuan dan ketrampilan
4. Merawat dan mencintai alam lingkungan
5. Jejaring kemitraan sebagai smart power dan soft power

Dialog dalam pemolisian menjadi suatu jembatan hati untuk saling mengenal, saling memahami dan saling mempercayai antara masyarakat dengan polisi. Dialog dalam diskursus pemolisian di Papua menjadi pilar dalam pemolisiannya dengan memahami corak masyarakat dan kebudayaannya yang dapat dibangun melalui literasi Papua.

Membangun Literasi Papua merupakan bagian perkuatan secara akademis, secara sosial kemanusiaan melalui berbagai kegiatan antara lain:
1. FGD
2. Seminar
3. Festival
4. Pameran
5. Bench mark
6. Work shop
7. Penelitian
8. Pengkajian
9. Penerbitan buku
10. Performance art ( kegiatan seni budaya)
Membangun kawasan dan jejaring pariwisata
Membangun local heroes
Point 1 sd 10 dst dibangun melalui sistem bid data.

Dari literasi Papua akan dapat dikembangkan dalam membangun ikon melalui berbagai model pemolisian yang di wujudkan dalam :” festival dan program program seni budaya yang menjadi daya tarik pariwisata”.

Trans Global

Diskursus pemolisian hakekatnya pada manusia dan kemanusiaan membangun dan memelihara keteraturan sosial dan mengedukasi masyarakat melalui program program kemitraan sehingga langkah langkah
Akademis dan pragmatis secara simultan dapat ditumbuh kembangkan. Diskursus pemolisian di Papua dapat dikaitkan sebagai “art policing dan masdarwis”,  sebagai kekuatan basis yang berkembang dalam berbagai bentuk kesenian : nada, suara, rupa, gerak, pertunjukan, dsb. Apa yang dilakukan dalam pemolisian dengan memaknai dan memarketingkan Papua sebagai ikon kemanusiaan, seni budaya dan pariwisata (dalam high tourism). Para pakar, para akademisi, para praktisi, para pejuang seni budaya pariwisata dan kemanusiaan serta media bersama sama dengan kepolisian serta para stake holder lainnya membangun brand Papua yang Aman, Nyaman, Asri dan Ngangeni

Fokus diskursus pemolisian di Papua adalah untuk kemanusiaan. Manusia adalah aset utama bangsa untuk itu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun suatu citra positif diperlukan adanya:

1. Political will
2. Kepemimpinan yang transformatif yg siap dengan kebijakan kebijakannya menjalankan diskursus pemolisian
3. Tim transformasi sebagai tim back up secara akademis secara pragmatis maupun teknis
4. Menyiapkan sumberdaya manusia sebagai agen perubahan yang akan menjadi master trainer dan trainer
5. Menyiapkan sistem sistem dan infrastruktur pendukung yang sederhana namun multiguna dan mudah di berdayagunakan seperti media sosial, sarana kontak dll
6. Membuat program program unggulan
7. Menetapkan pilot project
8. Monitoring dan evaluasi
9. Menyiapkan pola pola pengembangannya

Pelaksanaan diskursus pemolisian di Papua dibuat komitmen dan menjadi core value sebagai nilai nilai keutamaan yang mampu dilaksanakan dengan mudah, cepat dan fun
“Satu kata dari diskursus pemolisian di Papua ” bahagia”
Komitmen yang sudah dibuat dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan membagikan kebahagiaan serta bagi semakin manusiawinya manusia. Soft policing, humanis dalam operasi “Rasaka (Rastra Samara Kasih) Cartenz”.

Chryshnanda Dwilaksana
Mp Tegal Parang 150222

Share