TRANSINDONNESIA.co | Polisi dalam mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatannya melalui pendekatan seni budaya dan pariwosata ( art policing ). Polisi sebagai petugas, sebagai fungsi dan sebagai institusi tugas pokoknya adalah untuk ” nguwongke” atau memanusiakan. Mengangkat harkat dan martabat manusia. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat dengan terjaminnya keamanan dan rasa aman. Selain itu juga dpt ditumbuhkembangkan produktifitas dan teratasinya hal hal yang kontraproduktif. Bangsa Indonesia dalam masyarakat yg majemuk potensi konfliknya besar. Para bapa bangsa sadar akan hal itu maka pada konstitusi atau UUD dituliskan suatu kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi kewajiban kita semua. Pengalaman dijajah karena bangsa kita mudah dikoyak dan diadu domba
Namun seringkali upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara justru yang diabaikan bahkan jarang atau rata rata tidak dilakukan.
Tatkala anak anak muda senang dan bangga dengan menggunakan motir demgan kenalpot bronk atau yang menimbulkan kebisingan. Melampaui ambang batas suara. bangsa mudah diadu domba, mudah dibodoh2i logika daya nalarnya akan menguap. Apalagi kalau sudah dikemas dlm primordial. Maka jiwa ” balung kerenya” muncul. Polres Magelang patut diacungi jempol dalam menangani masalah motor dengan knalpot bronk tidak sebatas dengan tilang atau penindakan hukum melainkan berelaborasi dengan seniman dan budayawan, salah satunya dengan Sutanto atau yang dikenal dengan Tanto mendut sebagai ketua dan pemggerak komunitas lima gunung. Kuping super prioritas menjadi ide gagasan cerdas mengajak semua pihak sadar bahwa mengatasi masalah dengan dialog seni budaya. Apa yang dilakukan polres Magelang dengan para seniman dan budayawan akan menjadi inspirasi bagi kita semua model patung telinga / kuping dielaborasi dengan kenalpot yang tidak standar batas ambang suara menjadi suatu ikon seni.
Anak anak muda merupakan generasi penerus bangsa untuk rukun, sadae dan bangga akan tertib berlalu lintas. Tidak untuk saling serang saling melabel buruk dengan bangganya menunjukkan puncaknya yaitu kebencian. Tatkala sudah menjadi kebencian makan menunggu ada pemantiknya saja untuk meledak. Setelah hancur hancuran baru menyesal” getun tibo mburi”. Ini semua kontra produktif bahkan menimbulkan kerusakkan sosial. Konflik berkepanjangan menunjukkan ketidak cerdasan.
Polres MagelangSemua yang bertugas untuk menjaga kehidupan, membangun peradaban sekaligus berjuang untuk kemanusiaan.
Polisi menjaga kehidupan maknanya adalah bagaimana agar terwujud keamanan dan rasa aman. Agar premanisme tidak tumbuh dan berkembang. Mengapa demikian? Karena suatu masyarakat untuk dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang memerlukan adanya energi yang dihasilkan dari produktifitas. Dalam proses produktifitas tersebut selalu saja ada ancaman hambatan gangguan yang kontra produktif. Polres Magelang ikut berperan aktif dalam membangun peradaban, di sini ditunjukkan bahwa polisi sebagai penegak hukum dan keadilan. Yang bertugas untuk menyadarkan, membangun budaya tertib dan adanya keteraturan sosial melalui seni budaya. Hukum sebagai simbol peradaban. Maknanya bahwa polisi di dalam mengakkan hukum juga sebagai penegak keadilan demi kemanusiaan. Ini menunjukkan hukum bagi manusia bukan sebaliknya.
Polisi sebagai pejuang kemanusiaan ini ditunjukkan dalam upaya upaya ” nguwongke” atau mengangkat harkat dan martabat manusia. Upaya upaya menjamin keamanan dan rasa aman dan adanya keteraturan sosial
Apa yang dilakukan dalam pemolisian Polres Magelang yang bersifat preemtif preventif maupun represif.
Semua bertujuan bagi hidup kehidupan dan peradaban manusia. Sejalan dengan hal tersebut pemolisian yang dilakukan polres Magelang telah melakukan terobosan melalui pendekatan seni budaya atau art policing.
“Art itu smart “. Maknanya bahwa seni adalah salah satu cara mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seni ini humanisme atau demi kemanusiaan. Seni merupakan ice break kehidupan sosial yang rumit kompleks. Seni juga jembatan hati bagi masyarakat. Seni dapat melalui gerak, nada, suara, kata, rupa yg dikemas dalam pertunjukan seni atau performance art.
Apa yang dilakukan dan diperjuangkan Polres Magelang dalam pemolisian walaupun kecil itu bagian menyadarkan dan mencerdaskan. Yang mengedepankan hati nurani, dialog dan saling mendukung satu sama lain tentu juga bertahap akan mampu mengatasi berbagai konflik dan potensi konflik sosial yang kontra produktif dan merusak keteraturan sosial. Melalui art policing polres Magelamg tidak hanya memiliki soft power tetapi juga smart power dalam mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial, walaupun mungkin bagai ngudari benang ruwet yang kecemplung ter.*
Chryshnanda Dwilaksana
Turangga cikoko 09022