Catatan HPN: Hukum Perlu Pers

TRANSINDONESIA.co | Foto ini jepretan Hadhy Priyono, ditemukannya kala menelisik dokumen pedoman perkaderan HMI. Kala itu dia memimpin tabloid Jami. Hadhy menjadi insan pers. Saat diwawancarai daku masih aktifis LAAI –Lembaga Advokasi Anak Indonesia.  LAAI menerbitkan newsletter Advokasi dan Jurnal Konvensi –media advokasi hak anak. ISSN: 1410-7279.

Sedikit flashback. Aku kuliah kurus. Gak punya sepeda bromptom. Masuk HMI bukan mau gizi gemuk. Beri nutrisi  isi kepala yes. Sempat magang di LKBK Antara, gagal menjadi jurnalis. Lelaki lahir kamis siang ini tak selera bekerja yang dipekerjakan. Memilih jadi lawyer qq. advokat. Sebelum lahir  UU Advokat.

Sebelum menjadi lawyer, jadi lah penulis lagu, yang karena liriknya batu segede khoha mengapung di lautan Belitong. Mungkin karena batu itu sakti dari hukum gravitasi atau pernah menjadi kurus menggubris reformasi.

Lawyer ke pengadilan dan mahkamah adalah menguji batu uji dengan fakta. Koq batu ya?  Batu uji adalah hukum yang membatu tak bisa di loby. Hanya kepada hukum dan keadilan.

Sejak kurus aku utang jasa kepada pers dan jurnalis. Banyak kiprah  dalam menegakkan hukum, dibantu pers. Begitulah budaya hukum kita. Tak hanya dibangun di pengadilan namun dengan diberitakan khalayak tercerahkan. Hukum tak otonom dengan sistem dan kemampuannya sendiri, begitu kekira kritik kaum Critical Legal Studies alias CLS. Hukum perlu pers.

Setelah Jami, Hadhy sempat uji coba TransIndonesia TV Channel dengan Hasriwal As Hasibuan,  lalu mengelola mediaonline Terusur. Juga acap mereproduksi siaran beberapa TV Channel. Aku banyak dibantu. Dan tetap kurus.[Muhammad Joni]

Tahniah Pers!
Selamat Hari Pers Nasional 9022022. Tabik.

Share