Terapkan Lockdown Tanpa Vaksinasi, Perekonomian Korea Utara Semakin Hancur

TRANSINDONESIA.co | Korea Utara akan segera memasuki tahun ketiga pemberlakuan lockdown alias karantina wilayah ketat akibat COVID-19. Kebijakan-kebijakan terkait pandemi yang diambil pemerintah setempat menghancurkan perekonomian negara dan tampak semakin tidak dapat dipertahankan. Namun tak satu pun tahu kapan semua kebijakan itu akan diakhiri.

Bulan Desember ini, Kim Jong Un memperingati 10 tahun kepemimpinannya di Korea Utara. Sejauh ini, pandemi virus corona menjadi tantangan terbesar yang ia hadapi.

Meski memiliki persenjataan yang mengesankan untuk mengancam AS, ia memiliki lebih sedikit senjata untuk memerangi pandemi.

Korea Utara adalah satu dari hanya dua negara di dunia yang belum menjalankan program vaksinasi COVID-19. Satu-satunya cara mereka melindungi diri adalah dengan menutup rapat negara mereka dari seluruh dunia.

Kee Park dari Sekolah Kedokteran Harvard mengatakan, “Cara itu, patut diakui, berhasil. Korea Utara mampu menutup perbatasannya rapat-rapat dan mengontrol pergerakan. Dan kita tahu virus ini tidak bisa menulari orang lain saat ia tidak bisa ke mana-mana.”

Di ibu kota, Pyongyang, hampir seluruh warga asing telah meninggalkan wilayah itu di tengah penutupan perbatasan. Warga Korea Utara harus mematuhi pembatasan perjalanan ketat yang berlaku di dalam negeri.

Di sepanjang perbatasan Korea Utara dengan China, perdagangan terhenti. Dampak ekonominya sangat besar.

Pemimpin Redaksi Daily NK, Lee Sang Yong, mengatakan, “Kini masyarakat biasa hanya makan dua kali sehari, bukan tiga. Dan rasio jumlah nasi terhadap jagung yang mereka makan juga 3 banding 7, bukan sebaliknya. Jelas situasi ekonomi di sana semakin buruk.”

Dengan adanya pusat-pusat disinfeksi di dekat perbatasan dengan China, pasokan impor dapat segera dikembangkan.

Park Won Gon, dosen Universitas Ewha, menuturkan, “Kami belum tahu situasi seperti apa tepatnya yang dihadapi Korea Utara saat ini. Tetapi memang benar, mereka menghadapi kesulitan dalam waktu dekat. Terutama, saya rasa pada paruh pertama tahun (depan), mereka harus membuka perbatasan mereka atau melakukan sesuatu untuk menerobos semua kesulitan ini.”

Itu bisa berarti akhirnya menerima vaksin internasional atau pil Pfizer, yang menurut hasil awal sangat efektif dalam memerangi virus.

Namun, dalam pandemi yang kemungkinan dianggap sebagai ancaman terhadap pemerintahannya, Kim malah merasa hanya perlu menunjukkan lebih banyak kendali. [rd/jm]

Sumber: Voaindonesia

Share