Film Tentang Perang Korea Unggul di Box Office Oktober China
TRANSINDONESIA.co | Kisah dramatis mengenai pertempuran menentukan dalam Perang Korea antara tentara China dan pasukan PBB pimpinan AS memecahkan rekor box office bulan lalu dan menjadi film terlaris ketiga sepanjang masa di China, kata media pemerintah.
Dirilis selama liburan Hari Nasional China pada awal Oktober, The Battle at Lake Changjin mengambil latar belakang situasi pada November 1950 dan menceritakan mengenai bagaimana pasukan China memaksa mundur pasukan PBB dari Bendungan Choisin di wilayah yang sekarang menjadi Korea Utara.
Film ini telah meraup 875,5 juta dolar sejak dibuka pada 30 September, menurut situs penjual tiket online Maoyan, dan film ini masih diputar di beberapa bioskop di China lebih dari sebulan setelah pembukaannya.
The Battle at Lake Changjin dibuat oleh pemerintah China menjelang peringatan 100 tahun Partai Komunis tahun ini, dan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian film patriotik masa perang yang diputar di bioskop China dalam beberapa tahun ini.
Film laris lainnya mencakup epos Perang Korea, The Sacrifice, The Eight Hundred, yang berkisah mengenai Pertempuran Shanghai tahun 1937 antara pasukan penjajahan Jepang dan Tentara Revolusi Nasional, dan film The Wolf Warrior yang berkisah mengenai anggota Tentara Pembebasan Rakyat masa kini.
Di China, Perang Korea resmi dikenal sebagai perang untuk “Menahan Agresi AS dan Membantu Korea,” dan telah mengilhami banyak film. Tetapi kali ini, kisahnya telah berubah. Menurut ulasan di harian The Washington Post, The Battle at Lake Changjin lebih menekankan tentang kekalahan AS daripada hubungan erat China dengan Korea Utara.
“Perang Korea selalu digunakan sebagai propaganda oleh Beijing, ini bukan sesuatu yang baru. Tetapi menurut saya yang baru adalah dalam beberapa tahun ini, ditingkatkannya nasionalisme serta latar belakang baru di mana China dan AS ada di dalamnya,” kata Adam Ni, seorang pengamat China dan editor buletin berkala China Neican, kepada VOA.
“The Battle at Lake Changjin,” kata Ni, “berbicara kekinian” mengenai memburuknya hubungan AS-China, serta penekanan baru Partai Komunis mengenai sejarah China dan tindakan keras terhadap “nihilism sejarah” yang mempertanyakan pernyataan resminya mengenai berbagai peristiwa.
Dalam salah satu insiden yang paling banyak mendapat sorotan, wartawan China Luo Changping ditahan pada awal Oktober lalu karena mengkritik The Battle at Lake Changjin, menurut The New York Times. Luo menulis di media sosial bahwa lebih dari 50 tahun kemudian “sedikit saja orang China yang merenungkan tentang alasan yang membenarkan perang tersebut.” [uh/ab]
Sumber: Voaindonesia