Blok Makam Syuhada dan Santo Yosef
TRANSINDONESIA.CO | Dalam setiap percakapan dengan warga yang mengantarkan anggota keluarga untuk dikuburkan, selalu saya sampaikan pesan penguat. Takziyah itu sesungguhnya memang bermakna menguatkan, menghibur.
Sering kami utarakan bahwa yang baru dikuburkan itu Syahid. Insya Allah dimuliakan dan berada di tempat mulia di sisi Allah SWT.
Dari percakapan-percakapan itulah kemudian, blok pemakaman untuk warga yang meninggal karena COVID-19 diberikan nama dengan pesan kemuliaan. Bukan diasosiasikan sebagai korban covid dan bukan sekadar diberi nomor blok.
Blok pemakaman itu kemudian dinamai, dengan nama yang memiliki arti dan arti yang memilki pesan, yaitu Blok Makam Syuhada.
Bagi warga yang beragama Kristen dan Katolik, kami konsultasikan dengan FKUB yang mewakili unsur Kristen dan Katolik. Mereka menyampaikan nama: Santo Yosef (dari) Arimatea.
Kini blok makam itu terpampang jelas. Biarkan sanak saudara, anak-cucu yang di masa depan datang untuk berziarah akan menemui nama-nama mulia di tempat peristirahatan terakhir nenek-kakek dan leluhurnya. Barisan makam yang terjadi selama masa pandemi kali ini.
Terkait kematian. Kami di DKI Jakarta tidak pernah mengurangi atau mengubah data-data. Kematian selama pandemi selalu dilaporkan apa adanya. Baik data kematian covid berdasarkan kriteria dari Kementerian Kesehatan. Maupun, data kematian covid berdasarkan protokol pemakaman covid. Karena menurut WHO semua perlu dicatat dan dilaporkan.
Bahkan sejak awal pandemi, ketika masih ada keterbatasan kewenangan & kapasitas testing; untuk mendeteksi adanya wabah, kami menggunakan data pelayanan pemakaman agar bisa mendeteksi bahwa wabah telah masuk dari luar negeri ke Ibukota.
Prinsip kami di DKI Jakarta dalam menangani semua masalah, termasuk COVID-19, menggunakan ilmu pengetahuan, menggunakan data yang benar dan akurat, serta transparansi data.*
Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta