Gagal Karena Faktor Cuaca, Arif Dwi Pangestu Dapat Pengalaman Berharga dari Olimpiade Tokyo 2020
TRANSINDONESIA.CO | Perjalanan pemanah muda Indonesia Arif Dwi Pangestu di Olimpiade 2020 Tokyo terhenti. Atlet yang berusia 17 tahun ini harus mengakui kehebatan wakil dari Jerman Florian Unruh dengan skor 2-6 (24-28, 28-26, 24-28, 25-27) pada pertandingan babak pertama recurve perorangan putra di Yumenoshima Archery Park Field, Tokyo, Jepang, Selasa (27/7/2021).
Arif Dwi mengaku sempat galau karena kondisi angin yang ekstrem sehingga menganggu konsentrasinya. Sebagai informasi, badai taifun menghampiri Tokyo sejak 03.00 dini hari hingga siang waktu setempat.
“Anginnya kencang dan berubah-ubah. Terkadang ke kanan dan juga ke kiri. Cuacanya esktrim sangat terasa ke badan dan kontrol tangan kiri juga sangat berbeda. Tapi, pas latihan soalnya cuaca mendung seperti kayak antara hujan apa nggak. Dan, kalaupun terjadi hujan mungkin lebih susah lagi,” kata Arif Dwi Pangestu yang ditemui Tim Media NOC Indonesia usai pertandingan.
Arif mengaku dirinya sempat bisa fokus ke anginnya pada seri kedua. Namun, kondisi angin yang berubah ubah itu kembali membuat konsentrasinya hilang. Perjuangan Arif yang sudah maksimal itu disaksikan Sekjen NOC Indonesia Ferry J Kono dan Anggota Komite Exco NOC Indonesia Indra Gamulya dan Deputi Chef de Mission Kontingen Indonesia Zaenal Asikin.
“Tadi sempat anginnya agak cepat sehingga berubah konsentrasi. Kalau badai ya pasti anginnya gede banget kan tetapi ini bukan badai jadi kayak ya bingung bingung gimana gitu. Itu sangat mempengaruhi konsentrasi karena waktu latihan juga tidak pernah kena angin seperti itu. Baru kali ini anginnya seperti itu,” jelas Arif Dwi.
“Tadinya, saya kurang cermat di seri terakhir jadi lawan ya lebih cepat menyelesaikan. Karena, dia lebih enak main di mana lebih dulu menemukan tempat,” tambahnya.
Sementara itu, Pelatih Tim Panahan Indonesia, Permadi mengatakan Arif sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa meraih hasil terbaik. Dia menilai wajar Arif Dwi masih belum bisa konsentrasi menghadapi kondisi cuaca yang ekstrim. Selain karena usia yang masih muda, Olimpiade Tokyo sekaligus menjadi debutnya di pesta olahraga terakbar paling bergensi sedunia ini.
“Arif sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kita tidak bisa membohongi ini kan pertama tampil. Ini luar biasa karena Arif itu belum pernah ikut PON langsung ikut Olimpiade. Jadi, kalau dilihat sih memang kita perlu banyak event untuk atlet panahan ini supaya bisa menyesuaikan di kondisi-kondisi yang memang ekstrem,” katanya.
Pengalaman Arif menghadapi cuaca ekstrim ini, kata Permadi, akan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pelatih dan pembina pelatnas untuk menghadapi berbagai event internasional maupun Olimpiade 2024 Paris.
“Selama ini kita latihan di Jakarta. Sepertinya, kita perlu mencari tempat latihan lain dengan cuaca hujan barangkali panas atau dingin. Ini sangat perlu karena ini adalah bahan medali untuk 2024 di Paris nanti, Usia Arif itu masih sangat muda 17 tahun. Mudah-mudahan di Olimpiade berikutnya Arif akan kembali tampil dan meraih prestasi lebih baik,” katanya.[rls]