Jangan Anggap Remeh Satu Nyawa Manusia yang Wafat Karena Covid Apalagi sebagai Permainan Statistik

TRANSINDONESIA.CO | Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan bahwa nyawa manusia adalah berharga sehingga hilangnya satu nyawa saja adalah musibah besar.

Karena itu, Haedar berpesan agar dalam pandemi ini siapapun tidak menganggap enteng jumlah nyawa yang hilang akibat Covid-19 dengan membandingkannya berdasarkan pada tingginya jumlah mereka yang sembuh atau dengan jumlah penyakit atau musibah lain di dunia.

“Di tingkat dunia sudah hampir 4 juta (meninggal), di Indonesia 65 ribuan. Jangan banding-bandingkan dengan korban Perang Dunia kedua. Kematian karena wabah, karena perang dan hal-hal yang tidak diinginkan itu tetap satu nyawa saja berharga,” kata Haedar.

“Bermain statistik harus pada tempatnya. Jangan bermain untuk menghitung jiwa yang menjadi korban dengan segala deritanya. Jadi jangan bermain-main seperti itu. Jadi kita harus prihatin, kita harus jaga prokes,” imbuh Haedar dalam forum FORTASI Virtual SMK Muhammadiyah se-Indonesia, Selasa (13/7/2021).

“Jadi ananda sekalian, guru dan kepala sekolah mari kita berdisiplin, mengikuti prokes, itu bukan urusan takut tidak takut, bukan urusan kita itu paranoid atau tidak, bukan urusan kita kuat antibodinya atau tidak. Itu disiplin hidup kita yang disiplin ini berpengaruh pada yang lain,” pesannya.

Kedepankan Rasionalitas, Terus Jaga Protokol Kesehatan

Selain ajakan untuk mengedepankan rasa empati, Haedar secara umum juga berpesan agar semua pihak terus menjaga protokol kesehatan dan mengedepankan rasionalitas, terutama untuk menghindari berita palsu dan sikap sembrono.

“Nah kita sekarang belajar dengan cara daring itu sebagai bagian dari cara kita menghadapi musibah ini secara rasional, objektif, ilmiah, sekaligus juga ada dimensi spiritualnya. Kenapa? Kalau ada musibah ya sifat rasional itu yang dikedepankan. Ananda sekalian biarpun merasa hebat ketika ke kebun binatang, lalu ada harimau buas ya jangan ananda dekati apalagi anda tantang,” pesan Haedar.

“Boleh jadi di antara kita ada yang bebal tapi ga kena juga, bisa itu. Tapi ingat bahwa di tempat lain tenaga kesehatan begitu rupa sampai memilih pasien mana yang harus didahulukan. Banyak penderitaan. Saudara-saudara kita yang dibawa ke rumah sakit tidak bisa ditangani karena penuhnya akhirnya meninggal itu adalah penderitaan yang luar biasa,” imbuh Haedar.

Bagi anggota Persyarikatan, Haedar berpesan agar terus bersabar dan bergerak mengatasi pandemi sebagai watak turun temurun orang Muhammadiyah.

“Hadapi masalah dan kemudian segera cari solusi atas masalah itu seberapapun besarnya, tidak mengeluh dan lari dari masalah. Kedua kembangkan sifat positif. Kalau kita diberi masalah saja gampang gagu, mengeluh, lari dari kenyataan dan menuju pada hal yang tidak rasional berarti kita bukan hamba Allah yang baik juga bukan khalifah di muka bumi,” pungkas Haedar.[rls]

Share