Serangan Teroris Mabes Polri Kecolongan

TRANSINDONESIA.CO | Aksi teroris kembali mengganas. Kali ini serangan brutal ke dalam Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) insiden berdarah ini merupakan ketidakprofesionalan, pendeteksian yang lemah dan sumber daya anggota yang tidak mempuni hingga kecolongan mengamankan markas internal otomatis mengkhawatirkan Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) secara umum.

“Ini sangat berbahaya banget bagaimana mungkin untuk mengamankan dan menciptakan kondusifitas di masyarakat kalau di Markas Besar Utama saja Polri kecolongan,” kata Ketua Presidium Indonesia Cinta Kamtibnas (ICK), Gardi Gazarin, SH, dalam keterangan tertulisnya menyoroti aksi serangan teroris ke dalam lingkungan Mabes Polri, Rabu (31/3/2021) petang sekitar pukul 16:36 WIB.

Menurut Gardi, serangan teroris hingga masuk ke dalam lingkungan Mabes Polri suatu hal yang sangat disayangkan karena penjagaan dan alat deteksi yang canggih telah terpasang di Mabes Polri, namun terduga teroris disinyalir sudah merancang aksi mematikan itu dengan mudah lolos dan bebas begitu saja membawa senjata api (senpi) ke dalam area Mabes Polri.

“Tragedi baku tembak teroris di Markas Polri sungguh tragis yang membuat ICK tak habis pikir, kenapa dengan mudahnya terduga teroris masuk membawa senjata api. Padahal alat deteksi untuk senjata api dan bom cukup canggih terpasang di gerbang gerbang masuk Mabes Polri. Selain itu ratusan CCTV juga terpasang tidak saja di dalam area tapi di laut sekitar Mabes Polri, tapi tidak mengetahui gerak gerik orang yang mau masuk ke Mabes Polri,” ungkap wartawan senior yang kerab liputan di lingkungan Polri.

Ketua Forum Wartawan Polri (FWP) periode 2014 – 2016 ini menyatakan aksi teroris di dalam area Mabes Polri dapat membuat tak nyaman masyarakat yang berharap besar kepada Polri dalam menjaga Kamtibnas lebih serius dan jeli.

“Insiden tembakan teroris tersebut akan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat atas ke profesionalan Polri sebagai ujung tombak menjaga Kamtibnas.

“Bisa jadi masyarakat makin resah dan merasa terancam dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karena tidak ada jaminan Kamtibmas, karena di Mabes Polri sendiri saja bisa kecolongan,” terang Gardi.

Bom Makassar

Sebelumnya serangan teroris ke Mabes Polri, dua pelaku terduga teroris L dan YSF melakukan aksi bom bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Minggu pagi 28 Maret 2021. Akibat ledakan tersebut, 20 orang keamanan dan jemaah gereja luka-luka. Mereka kini sedang menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit.

“Belum selesai duka kita dengan serangan bom bunuh diri di Makassar, kini serangan terjadi di Mabes Polri. Ini menjadikan masyarakat mencekam akan Kamtibmas. Pelaku diduga sudah membaca kelemahan pengamanan Mabes Polri hingga dnegan mudah mereka lolos,” kata Gardi.

Dampak serangan teroris di Mabes Polri ini menambah “PR” situasi Kamtibnas semakin mencekam wilayah hukum Ibukota DKI Jakarta.

“Bagaimana warga berlindung, Markas utama Polri yang serba ketat dengan mudah diserang teroris. Apalagi tingkat Markas Polda, Polres dan Polsek maupun Pospol. Kapolri perlu mengevaluasi pengamanan Markas Polri termasuk Istana, Negara Gedung DPR, Markas TNI dan semua obyek vital termasuk ketenangan dengan kewaspadaan warga setempat,” pungkas Gardi.[rls]

Share