Harga Minyak Jatuh, Setelah Melonjak Tembus 65 Dolar

TRANSINDONESIA.CO – Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat 19/2/2021 pagi WIB), meskipun terjadi penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah AS, karena para pelaku pasar mengambil keuntungan setelah beberapa hari melakukan pembelian didorong oleh cuaca beku di Texas, negara bagian penghasil energi terbesar AS.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun 41 sen atau 0,6 persen, menjadi menetap di 63,93 dolar per barel. Selama sesi, Harga minyak Brent sempat naik menembus 65 dolar AS setinggi 65,52 dolar AS, merupakan harga puncak sejak Januari 2020.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret berkurang 62 sen atau 1,0 persen, menjadi ditutup di 60,52 dolar AS per barel, setelah sebelumnya mencapai puncak 62,26 dolar AS, posisi tertinggi sejak Januari 2020.

Minyak mentah Brent telah naik selama empat sesi berturut-turut sebelum Kamis (18/2/2021), sementara minyak WTI naik selama tiga sesi beruntun.

“Pasar mungkin sedikit lebih maju,” kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. “Tapi jangan salah, aksi jual minyak ini tidak menyelesaikan masalah-masalah. Masalah-masalah akan terus berlanjut.”

Meskipun beberapa rumah tangga Texas mengalami pemulihan listrik pada Kamis (18/2/2021), negara bagian itu memasuki hari keenam cuaca dingin yang membeku. Texas telah bergulat dengan pemadaman penyulingan dan penutupan minyak dan gas hingga melewati perbatasannya ke Meksiko.

Cuaca telah menutup sekitar seperlima dari kapasitas penyulingan nasional dan menutup produksi minyak dan gas alam di seluruh negara bagian.

“Pemadaman sementara akan membantu mempercepat persediaan minyak AS turun menuju rata-rata lima tahun lebih cepat dari yang diharapkan,” kata Kepala Analis Komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.

Harga turun meskipun persediaan minyak AS jatuh. Stok minyak mentah berkurang 7,3 juta barel dalam sepekan hingga 12 Februari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Kamis (18/2/2021), dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,4 juta barel.

Ekspor minyak mentah AS naik menjadi 3,9 juta barel per hari, tertinggi sejak Maret, kata EIA.

“Bongkah besar adalah lompatan besar dalam ekspor minyak mentah,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. “Kita akan melihat apa yang terjadi dengan cuaca minggu depan di Texas, tapi saya sudah lama mencari peningkatan di sana.”

Reli minyak dalam beberapa bulan terakhir juga telah didukung oleh pengetatan pasokan global, sebagian besar disebabkan oleh pengurangan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu dalam pengelompokan OPEC+, yang mencakup Rusia.

Sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok produsen itu kemungkinan akan mengurangi pembatasan pasokan setelah April mengingat pemulihan harga.[Antara]

Share