SMK Telkom Jakarta Menemukan Learning Ability Sebagai Faktor Penting Pendongkrak Produktivitas Nasional

TRANSIBDONESIA.CO – Berhasil tidaknya organisasi bisnis modern bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Karyawan yang terlatih dan sangat berkembang dianggap sebagai batu penjuru untuk kesuksesan tersebut. Era kompetisi yang semakin kuat membuat negri kita mengalami kemerosotan produktivitas.

Berdasarkan laporan peringkat daya saing dari beberapa lembaga dunia terkemuka, seperti Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang baru dirilis World Economic Forum (WEF) menunjukkan peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2019 turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan Asian Productivity Organization (APO) tahun 2019 produktivitas jam kerja Indonesia hanya 12,9 dolar AS  menempati peringkat 11 dari 20 negara yang tergabung dalam APO, sementara Singapore produktivitas jam kerjanya sebesar 63,2 dolar AS, Malaysia 16,3 dolar AS, Thailand 14,5 dolar AS.

Sementara itu, daya saing tenaga kerja Indonesia melemah di tahun 2019. Berdasarkan release GCI 4.0 di tahun 2019, daya saing pilar pasar tenaga kerja Indonesia menempati peringkat 85 dari 141 negara. Selaras dengan pilar pasar tenaga kerja, pilar kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia juga mengalami penurunan tiga peringkat, dari peringkat 62 menjadi 65,” ujar Sanggam.

Mensikapi kondisi ini SMK Telkom Jakarta sebagai sebuah lembaga pendidikan vokasi secara marathon melakukan pendalaman dan pencarian berkaitan factor apa yang menjadi kunci dalam mendongkrak produktivitas. Maimuna Muhammad Nda & Dr. Rashad Yazdani Fard (2013) menyatakan bahwa training yang berkualitas akan mampu meningkatkan produktivitas. Namun keberhasilan sebuah training bergantung kepada tingkat learning ability dan kemampuan adaptasi sehingga program training benar-benar dapat meningkatkan skill dan kompetensi. Dengan skill dan kompetensi yang memadai inilah maka produktivitas akan bisa didongkrak.

Dr. Daduk Merdika Mansur, ST. MM. kepala SMK Telkom Jakarta telah membuktikan bahwa learning ability yaitu menelaah materi pembelajaran dan mengadaptasikan dalam implementasi di lapangan menjadi kunci penting. Dr. Daduk telah menjalani proses melakukan learning secara serius di bidang manajemen dan kemudian dilakukan pengadaptasian dalam menyelesaikan berbagai macam problem yang ditemukan ditempat kerja.

Fakta di lapangan membuktikan bahwa kemampuan belajar atau learning ability secara nyata telah mendongkrak skill dan kompetensi sehingga pada akhirnya juga meningkatkan produktivitas kerja.
Senada dengan hasil penelitian Mohammed Raja Salah (2016) yang menemukan hasil penelitian bahwa skill dan kompetensi akan berpengaruh secara maksimal produktivitas. Kemampuan belajar atau learning ability secara nyata telah mendongkrak skill dan kompetensi individu. Berhasil Temuan penelitian menunjukkan bahwa pelatihan dan pengembangan berkorelasi positif dan diklaim memiliki hubungan yang signifikan secara statistic dengan kinerja dan produktivitas karyawan.

Analisis dan interpretasi dibuat pada tingkat 0,05 makna. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pelatihan dan pengembangan berdampak penting bagi karyawan kinerja dan produktivitas.

Berdasarkan fakta dan temuan ini dalam rangka untuk mendongkrak produktivitas di semua lini maka direkomendasikan agar program pendidikan dan pelatihan didesain secara efektif dan terencana yang telah disusun dengan hati-hati harus diberikan kepada semua peserta didik, guru serta semua karyawan untuk memungkinkan mereka meningkatkan keterampilan dan meningkatkan pengetahuan mereka.

Pertanyaan berikutnya adalah model serta metode training yang semacam apa yang akan tepat untuk bisa menumbuhkan learning ability yang tinggi. Berbagai macam metode mengembangkan sumberdaya manusia bisa dipilih sesuai dengan situasi dan karakter personil yang ada. Perlu didalami dan dikaji secara serius jenis pengembangan SDM apakah mempergunakan pola training classical, metode Coaching atau On The Job Training.

Pilihan pola dan metode pengembangan akan sangat menentukan tingkat penerimaan dan proses menumbuhkan kemampuan belajar. Bisa jadi dilakukan penggabungan dari ketiga model pengembangan SDM yaitu tahap awal dilakukan pembentukan konsep berfikir dengan program Training Classical yang diberikan materi oleh Trainer. Pada fase ini personil peserta training diberikan pemahaman tentang konsep hal-hal yang harus difahami oleh semua personil yang harus menjalankan sebuah tugas.

Diharapkan peserta training akan tahu betul konsep yang sedang didalaminya serta mengetahui semua filosofi serta hakekat dari sebuah konsep tersebut diimplementasikan.
Tahap kedua agar learning ability tersebut bisa meningkat maka diperlukan sebuah proses Coaching dari expert atau atasan langsung.

Dengan pola Coaching ini maka pemahaman dari sebuah konsep teori semakin bisa difahami karena ada penjelasan dan pendampingan secara maksimal oleh ahlinya. Semua kesimpang siuran pemahaman akan bisa di gamblangkan karena aka nada penjelasan serta petunjuk dan arahan dari pelatih. Hal inilah yang jarang dilakukan oleh banyak perusahaan dalam program pengembangan SDM.

Langkah yang ketiga yaitu membawa personil dalam program On The Job Training. Segala pemahaman konsep dan sudah mendapatkan gambaran yang jelas dalam proses Coaching akan lebih mudah diterapkan oleh personil yang sedang dikembangkan dalam sebuah proses mempraktekan pada sebuah pekerjaan riil. Hal ini sering dilakukan dalam sebuah program On The Job Training yang mana ada pembimbing lapangan pemilik pekerjaan yang sesungguhnya.

Segala kekurang trampilan akan terlihat pada saat peserta menjalani secara nyata sebuah pekerjaan dan pada saat itu juga akan dapat koreksi serta masukan dari pembimbing di lapangan. Pada fase ini benar-benar membutuhkan keseriusan pengawalan serta pendampingan dari pendamping lapangan karena proses mensintesa pemahaman yang kemudian diterapkan pada pekerjaan nyata dilakukan secara serius di lapangan.

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada paragraph sebelumnya menunjukan perlunya di temukan proses yang tepat dalam mengembangkan skill dan kompetensi sumber daya manusia sebab tingkat produktivitasnya akan sangat bergantung dari kapasitas individu. Peningkatan skill dan kompetensi akan secara efektif dapat dicapai jika proses pengembangan SDM efektif.

Diperlukan tiga tahap proses pengambangan yaitu tahap ke satu dengan formal training yang menanamkan konsep pengetahuan yang tepat. Tahap berikutnya yang harus dilakukan yaitu pendampingan oleh pelatih dalam program Coaching  yang diharapkan akan mematangkan tingkat pemahamannya dan meningkatkan kemampuan belajarnya.

Tahap selanjutnya yang justru paling penting yaitu memasukan peserta dalam program On The Job Training dimana personil yang sedang digarap akan mempraktekan secara nyata semua konsep teori yang difahami dan dipandu oleh pembimbing lapangan yang sudah berpengalaman.

Penulis: Dr. Daduk Merdika Mansur, ST, MM [Kepala Sekolah SMK Telkom Jakarta]

Refference :
Maimuna Muhammad Nda & Dr. Rashad Yazdani Fard (2013), the impact of employee training and development on employee productivity, global journal of commerce & management perspective, G.J.C.M.P.,Vol.2(6):91-93.
Mohammed Raja Abulraheem Salah (2016), The Impact of Training and Development on Employees Performance and Productivity, International Journal of Management Sciences and Business Research, July-2016 ISSN (2226-8235) Vol-5, Issue 7

Share