Kisah Lelaki Tua dengan 100 Ribu Biji Pohon Ek
TRANSINDONESIA.CO -Tersebutlah seorang lelaki tua yang hidup sebatangkara. Dia ditinggal mati oleh istri dan anak tunggalnya. Untuk sebagian orang, situasi semacam ini cukup menjadi alasan untuk berputus asa bahkan bunuh diri. Namun tidak bagi Pak Tua ini. Dia memutuskan untuk meninggalkan pondoknya. Dia pergi dengan membawa beberapa ekor domba dan pergi ke lembah Cavennen, suatu daerah yang sepi dan jauh dari pemukiman penduduk Dia tampaknya ingin melupakan masa lalunya yang suram di sana.
Di Cavennen masih terlihat sisa reruntuhan sebuah desa yang ditinggalkan semua penduduknya. Pak Tua pun memperkirakan bahwa daerah itu akan menjadi gurun jika tidak ada pohon yang tumbuh Dalam perjalanan menggembalakan domba, dia memunguti biji-biji pohon Ek, memilih yang baik-baik, lalu merendamnya dalam seember air Hari-hari berikutnya, dengan sebatang besi, dia melubangi tanah-tanah yang dilaluinya dan ditanamnya biji-biji itu. Dalam waktu tiga tahun Pak Tua telah berhasil menanam sekitar 100.000 biji pohon ek. Dia berharap sekitar 10.000 di antaranya akan tumbuh, selain berharap agar bisa hidup beberapa tahun lagi agar bisa menyelesaikan pekerjaannya. Ketika meninggal pada 1947 dalam usia 89 tahun, dia telah berhasil menciptakan salah satu hutan paling indah di Prancis, yang terbentang sepanjang 11 km dengan lebar 3 km.
Kisah ini diambil dari buku 8 Etos Kerja Profesional karya Jansen Sinamo. Tampaknya, tidak ada kata yang pantas kita ucapkan kepada tokoh kita ini selain penghargaan dan ungkapan takjub. Dalam suasana yang tidak menyenangkan, dia mampu membuat pilihan menakjubkan dalam hidupnya, yaitu “melayani alam” Ya, dia mendedikasikan sisa hidupnya untuk melayani alam. Apa yang terjadi setelah itu? Kini, di daerah yang hampir menjadi gurun tersebut, terdapat jutaan jalinan akar yang mampu menampung air hujan dan menyuburkan tanah Aliran sungai kecil tercipta lagi. Rumput-rumput dan aneka bunga tumbuh subur. Burung-burung kembali ke hutan. Kehidupan kembali berdenyut dengan lebih harmonis. Orang-orang pun merasa sejuk melihat rimbunnya pepohonan. Hal lain yang tidak kalah penting, dia pun menjadi mulia karena melayani. Apa yang dilakukannya bisa bermanfaat bagi banyak orang.
MasyaAllah apa yang hikmah yang bisa di ambil dari kisah ini sahabat?
KH. Abdullah Gymnastiar