Tim Biden Cela Ketiadaan Akses ke Data Resmi COVID
TRANSINDONESIA.CO – Sementara Presiden Amerika Donald Trump masih mempermasalahkan hasil pemilu 3 November, ada sedikit komunikasi antara pemerintahan Trump dan tim Biden yang akan mengambil alih pemerintahan, termasuk mengenai tanggapan pemerintah terhadap COVID-19.
Presiden terpilih Joe Biden terus bergerak menuju kepemimpinan Amerika mulai 20 Januari dan minggu ini diperkirakan akan mengumumkan beberapa anggota kabinetnya. Tetapi rasa frustrasi memuncak di kalangan Demokrat karena kurangnya komunikasi dengan Gedung Putih karena Presiden Donald Trump mempermasalahkan hasil pemilihan.
Salah satu masalah utama adalah respons pemerintah terhadap COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona.
“Tim transisi kami tidak mendapat akses ke pejabat badan-badan pemerintah untuk membantu kami mengembangkan berbagai rencana, dan ada banyak fokus pada rencana peluncuran vaksin yang penting pada hari-hari awal kepresidenan Biden. Kami tidak memiliki akses ke sana,” jelas Robert Klain, kepala staf Gedung Putih dalam pemerintahan Biden mendatang.
Menetapkan rencana distribusi vaksin secara nasional kini menjadi prioritas utama. Perusahaan pembuat obat Moderna dan Pfizer melaporkan minggu lalu bahwa uji coba vaksin virus corona yang dilakukan telah menunjukkan kemanjuran lebih dari 90 persen.
Pfizer mengajukan permohonan izin darurat di Amerika Serikat, dan Moderna mengatakan akan melakukan hal yang sama. Tim Trump siap untuk mengirimkan vaksin dalam waktu 24 jam setelah persetujuan, kata Dr. Moncef Slaoui, kepala penasihat sains untuk program pengembangan vaksin pemerintahan Trump.
Tetapi, Slaoui menambahkan bahwa dia khawatir informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan sebagian orang Amerika enggan mendapat vaksinasi.
“Saya sangat, sangat prihatin dengan keragu-raguan yang ada, dan saya kira sangat disayangkan karena hal itu diperburuk oleh konteks politik di mana padahal kami telah bekerja sangat keras dengan perusahaan-perusahaan dan ribuan orang yang terlibat untuk mengusahakan tersedianya vaksin.”
Kasus COVID-19 di Amerika telah melampaui 12 juta dengan sekitar 256.000 kematian, menurut angka terbaru dari Universitas Johns Hopkins. Bagaimana drama politik yang kini berlangsung akan mempengaruhi responss vaksinasi masih belum diketahui. [lt/ka]
Sumber : Voaindonesia