Realisme Affandi
“Affandi beberapa kali melukis ibunya dalam bentuk ekspresif seperti ibu menjahit, ibu dan ibu marah”
TRANSINDONESIA.CO – Affandi sang Maestro seni rupa Indonesia kesohor dengan gaya ekspresionismenya. Karier melukis Affandi yang panjang dimulai dari karya realisme. Karya realisme Affandi yang terkenal Potret Ibu. Potret Ibu Affandi yang begitu realis dan terkenal koleksi galeri nasional menjadi ikon atas realisme Affandi.
Karya realis Affandi menunjukkan kekuatan jiwa sang maestro di dalamnya. Kekuatan yang ‘untangible’ menjadi khas atas karya-karyanya. Salah satu karya realis Affandi yang menggambarkan tentang penyerahan kekuasaan atau kekuatan pada suatu acara ritual di Bali. Karya tersebut menjadi koleksi Arma Museum. Karya tersebut menjadi bukti kekuatan realisme affandi sebelum beralih ke gaya ekspresionis.
Kepiawaian Affandi dalam menata letak figur-figur secara realis dengan perspektif dan warna pencahayaan yang kuat dan tepat sehingga ada harmoni. Penggambaran tokoh sentral (centre of interest) menunjukkan adanya karakter yang kuat didukung latar belakang candi bentar dan para pelaku yamg melatar belakanginya. Permainan cahaya pun mendukung kekuatan keseluruhan karya.
Kita bisa membandingkan dengan karya Potret Ibu yang mungkin menjadi puncak realisme Affandi. Affandi begitu mencintai ibunya dan ibunya pun demikian. Dalam potret ibu guratan-guratan dan ekspresi kasih sayang ibu begitu kuat. Mungkin ini penggambaran kasih ibu kepada putranya Affandi.
Affandi beberapa kali melukis ibunya dalam bentuk ekspresif seperti ibu menjahit, ibu dan ibu marah. Betapa kuatnya realisme Affandi dalam karya lukis. Ini berdampak pada kekuatan karya-karya ekspresif Affandi lainnya. Pemilihan tema dan objek lukisan pun semakin menunjukkan Affandi melukis ekspresif realis. Apa yang dilukis Affandi menunjukkan alam lingkungan manusia atau apa saja yang dekat dengan dirinya. Realisme bukan sebatas bentuk namun juga objek gagasan dari karya rupa Affandi.
Tak bisa dielakkan kekuatan karya ekspresif Affandi dari realismenya. Penemuan atas gaya plototan dan cakar ayamnya juga dari ketidak sengajaannya. Pada saat ingin melukis ternyata kuasnya tidak ada. Namun apa yang dilakukan bukan semata-mata meluapkan hasrat melukis namun kepiawaian teknis realisnya akan berpengaruh kuat. Di situlah Affandi dengan gigih menekuni dan terus mengembangkan hingga menjadi habitus baginya.
Kekuatan alam bawah sadar dan kekuatan sadarnya merefleksi atas realisme kehidupan menjadi sesuatu yang menakjubkan atas ‘passion’ dan jiwanya yang begitu menggelora. Lihat saja pada karya karya Affandi semua menunjukkan jiwa bergelora seperti jurus-jurus bela diri kung fu ataupun spirit tajen (adu ayam). Bahkan ayam mati dalam tajen pun menjadi kekuatan realisme Affandi. Yam tajen yang mati di arena masih dikelilingi kaki-kaki bebotohnya. Realisme Affandi begitu kuat dan menginspirasi bagi seni rupa Indonesia dan dunia.**
[Chryshnanda Dwilaksana – Pemerhati Seni dan Budaya]