IKHLAS BERBUAT BAIK

TRANSINDONESIA.CO – Ada cerita tentang seorang santri yang sudah pulang ke rumah setelah dua tahun belajar di sebuah pesantren. Santri ini seorang yang rajin dan salehah. Sebelum ikut pesantren dia sudah rajin beribadah, maka tidak heran apabila sesudah lulus dari pesantren dia pun semakin rajin.

Lalu, setibanya di rumah dia bangun pagi-pagi untuk salat Tahajud, selanjutnya menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, dan memasak air. Menjelang subuh, setelah semuanya selesai, dia beranjak beristirahat di sofa dan tertidur.

Santri itu memiliki seorang adik yang baru duduk di sekolah dasar. Adiknya ini terbangun hendak pergi ke kamar mandi. Tiba-tiba dia terpeleset ringan, dengan tangannya yang menempel pada kain pel yang ada di pinggir. Pada selang waktu yang sama, orangtua mereka juga terbangun. Orangtuanya menyangka kalau adiknya ini sedang mengepel dan bersih-bersih rumah.

Maka, disanjung dan dipujilah adik. Adapun santri yang tertidur di sofa tadi, dia dibangunkan oleh orangtuanya sambil dimarahi. Percuma saja menjadi santri dan tidak ada gunanya dua tahun belajar di pondok pesantren katanya. Dia dianggap tidak bisa lebih baik dari adiknya yang masih kecil.

Apabila kita mengalami kejadian serupa, kita tidak perlu membela diri, sakit hati, apalagi berbalik menyakiti, Sesungguhnya, Allah melihat semua yang kita lakukan dan Allah pasti senang melihat kita berbuat baik.

Allah Ta’ala yang membangunkan adik dan orangtuanya, lalu membuat sang adiknya terpeleset saat dia tertidur kelelahan. Semua itu merupakan ujian keikhlasan bagi santri tersebut. Pada waktunya, Allah akan membukakan kenyataan sesungguhnya dan sangat mudah bagi-Nya untuk membeberkan seluruhnya.

Maka, apabila kita memiliki usaha jasa kepada orang lain, layanilah para pelanggan dengan baik. Semua kebaikan itu bukan bermaksud untuk menarik mereka datang kembali, tetapi cukup sebagai amal saleh agar Allah meridhai. Soal ramai atau tidak yang menggunakan jasa kita, serahkan kepada Allah karena Dialah yang mengatur segalanya.

La haula wala quwwata ila billah. Semua makhluk tidak memunyai daya dan upaya, termasuk hatinya. Kita tidak perlu berharap disukai orang lain karena tidak mungkin orang akan suka kepada kita apabila hatinya di balikan oleh Allah untuk tidak suka. Kita tidak perlu merekayasa atau melebih-lebihkan perbuatan agar dicintai orang karena Allah yang membo|ak-balik hati manusia.

Bagi para pedagang, berdaganglah dengan jujur dan berilah pelayanan terbaik tanpa bermaksud agar disukai pembeli, apalagi sampai menjelek-jelekkan pedagang saingannya. Bagi siswa-siswi yang ingin memuliakan guru, lakukanlah tanpa berharap disayang dan diberi nilai tinggi. Pastikan diri kita tidak berstrategi mencari perhatian guru.

Ada yang membeli atau tidak dagangan kita, terserah Allah yang menggerakkan. Diperhatikan atau tidak oleh guru, semua ilmu hanyalah Dia yang memiliki. Cukup ikhlas saja dalam berbuat baik. Yakinilah bahwa seluruh makhluk itu ada dalam genggaman Allah Ta’ala. Jika niatnya selain Allah, apa yang kita lakukan hanya akan berakhir dengan kegelisahan dan kekecewaan.

Begitu pula kalau ingin membersihkan rumah, kita jangan menunggunya saat ada tamu. Jika ingin membersihkan pekarangan dan lingkungan, bersihkan saja tanpa berharap piala Adipura. Ketika ingin berbuat baik dan menolong orang lain, kita tidak usah berharap dan menanti ucapan terima kasih. Kita berbuat baik tidak berurusan dengan bonus, kamera, dan pencitraan.

Jadi, dalam berbuat baik, membantu dan menolong urusan kita hanya kepada Allah Ta’ala. Perkara ganjaran dan rezeki serahkan kepada-Nya. Dengan begitu, Insya Allah hidup kita lebih tenang, tenteram, dan bahagia. Sekali pun. seandai orang yang ditolong atau dibaiki ma|ah menghina, kita tetap tenang.Tujuan kita hanyalah Allah Ta’ala. ‘Dan Dia bersamamu di mana pun kamu bemda.” (QS. al-Hadid [571:4).

Allah Mahadekat, Maha Melihat, dan Mahakuasa untuk memberi balasan dengan sempurna. Allah lebih tahu keperluan hidup kita dibanding diri kita sendiri. Adapun balasan dari-Nya tidak harus saat itu juga. Apabila datang waktu bagi Allah untuk memberi ganjaran, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi.

“Kalau kita berbuat baik, lalu dituduh tidak baik, tetaplah tenang. Allah Ta’ala pasti menyaksikan dan tidak akan menyia-nyiakan semua yang kita lakukan.”

(Sumber : buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah jilid 1)

SELALU DITEMANI OLEH ALLOH

Yang paling membuat hidup menderita adalah kesepian. Ada sebuah penelitian tentang nasi yang diberikan kata-kata.Yang satu itu dipuji, yang kedua dicaci, dan yang ketiga nasi itu tidak disapa sama sekali.

Ternyata yang paling cepat busuk adalah yang tidak disapa. Yang dicaci itu busuk juga. Tapi yang paling baunya adalah yang tidak disapa. Mengapa? Karena sebetulnya dimarah itu pun merupakan tanda perhatian.Tapi tidak disapa, tidak dimarah benar-benar tidak dianggap.

Nah, ada manusia juga yang begitu. Yang tidak disapa, tidak dimarah merasa sangat kesepian, dan ini merusak sekali dirinya. Tetapi bagi orang yang beriman, sebetulnya kita tidak akan pernah merasa sendiri. Dimana pun dan kapan pun. Mengapa? Karena sesungguhnya Allah yang menciptakan kita, benar-benar tidak lepas mengurus dan mengawasi diri kita.

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Hadid 57: 4)

Jadi sebetulnya dimana pun kita berada, kita tidak pernah sama sekali sendirian. Pasti ada Allah. Allah bersama kita bukan seperti bersama begini, karena kita bersama ini ada jarak. Sedangkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyerupai dan diserupai apapun. Makanya kedekatan seseorang dengan Allah bukan jarak. Tapi kedekatan dengan Allah itu nanti terasa dari keyakinan di hati. Orang yang mengenal Allah dengan baik tidak pernah kesepian. Di rumah sendiri pasti ada Allah. Sibuk saja nikmat dalam bermunajat ibadah.

Kesimpulan. Kita tidak pernah sendiri, sampai kapan pun, dimana pun.
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.”
(Q.S Al Hadid 57: 4)

(Sumber: Buku Ikhtiar Mencari Ridha Allah jilid 2)

KH. Abdullah Gymnastiar

Share