Jabatan Tinggi Ujian Mendekatkan Diri pada Allah

“Banyak orang yang mengejar jabatan tinggi karena bayang-bayang fasilitas enak”

TRANSINDONESIA.CO – Urusan duniawi berikutnya yang seringkali dipandang sebagai keberuntungan oleh manusia adalah kedudukan, pangkat atau jabatan manusia. Banyak manusia membangga banggakannya, meski yang punya jabatan tersebut bukanlah dirinya, Bisa jadi temannya, anaknya, kerabatnya, tetangganya atau orang lain yang kenal dengannya.

Ada orang yang membangga banggakan dirinya hanya karena bertetanggaan dengan seorang pejabat tinggi. Ada seorang anak yang sibuk membangga-banggakan dirinya karena punya ayah seorang pejabat teras. Ada juga orang yang membangga-banggakan dirinya karena kedudukan yang dimilikinya.

Jabatan, pangkat, kedudukan yang tinggi adalah ujian. Apakah kemudian seseorang bisa menjalani ujian tersebut dengan baik ataukah tidak? Apakah seseorang bisa memanfaatkan jabatan nya itu untuk semakin dekat dengan Allah ataukah malah semakin menjauh dari-Nya?

Tidak sedikit orang yang dikaruniai oleh Allah SWT kedudukan yang tinggi dan terhormat dalam pandangan manusia, akan tetapi dia lalai untuk mensyukurinya. Jabatan yang tinggi ia gunakan untuk memperkaya dirinya sendiri dan keluarganya, sedangkan pada amanah yang diemban ia abai. Padahal, mendapatkan jabatan tersebut ia dilantik di bawah ikrar sumpah.

Banyak orang yang mengejar jabatan tinggi karena bayang-bayang akan mendapatkan berbagai fasilitas enak, gaji yang semakin besar dan pujian dari manusia. Sebagian orang rela mengeluarkan sejumlah dana untuk “melicinkan” jalannya menuju jabatan itu.

Tentu bukan tidak boleh kita memiliki jabatan yang tinggi. Yang terpenting dari kedudukan kita di hadapan makhluk adalah kedudukan tersebut bisa semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT, memudahkan kita untuk menegakkan yang haq dan membersihkan yang batil.

Contoh yang indah dari keberhasilan seseorang dalam menjalani ujian jabatan adalah Nabi Yusuf as. Pada kisahnya sebagaimana kita ketahui Nabi Yusuf as. adalah sosok yang memiliki kapabelitas untuk mengurus perbendaharaan negara, sehingga beliau sempat meminta kepada Raja Mesir agar dipercayai mengelola perbendaharaan negara.

Ketika amanah tersebut diberikan, Nabi Yusuf as. menjalankannya dengan penuh tanggung jawab demi kemaslahatan penduduk Mesir.

Berkahnya adalah ketika Mesir dilanda paceklik berkepanjangan selama tujuh tahun, penduduk negeri tersebut selamat dari kelaparan, bahkan Mesir masih bisa mengekspor bahan pangan ke beberapa wilayah di luar Mesir. Maasya Allah!

Kisah Nabi Yusuf as. mengajarkan kepada kita bahwa jabatan, kedudukan, pangkat, hakikatnya adalah dari Allah SWT, sebagai sarana pengabdian kita kepada masyarakat dan sarana penghambaan kita kepada Allah SWT.

Sumber : Buku Ujian Kemudahan & kesulitan Karya Aa Gym.

KH. Abdullah Gymnastiar

Share