Perang Data dan Informasi di Era Post Truth

TRANSINDONESIA.CO – Era Post Truth era yang memberdayakan data dan informasi sebagai sarana yang membuat opini publik, emosi massa terombang-ambing dengan berbagai hoaksnya. Data dan informasi saling diaduk-aduk antara fakta dengan pembenaran, dan kebohongan diolah sedemikian rupa seolah-olah menjadi kebenaran yang terus diviralkan, sehingga membuat orang lain terpengaruh emosi atau opininya, bahkan yang membuat dan yang menyebarkannya pun meyakini sebagai kebenaran.

Hal itu terjadi karena terus menerus disampaikan seolah-olah sesuatu yang salah pun menjadi benar. Apa yang terjadi bukanlah tiba-tiba, melainkan ada maksud dan tujuan tertentu. Paling tidak ada kepentingan-kepentingan terutama politik atau untuk penguasaan sumber daya.

Data dan informasi menjadi mudah, menjadi sasaran para desainer jahat apabila tidak ada standar pengamanan. Di era digital data dan informasi menjadi kekuatan siapa lengkap siapa cepat dialah yang menguasai. Pembenaran yang terus diulang-ulang dengan berbagai kemasan kebohongannya akan menjadi inspirasi yang negatif dalam otak bahkan hati nurani bagi siapa saja yang membacanya bahkan rela memviralkannya. Share ke jejaring-jejaringnya mempercepat laju penyebaran isu yang dibuat. Tanpa berpikir panjang apalagi sudah ada unsur-unsur labeling dan kebencian ini akan semakin cepat penyebarannya.

Era post truth merupakan era penumpulan daya nalar yang memperuncing emosi dan kebencian. Logika tidak lagi diutamakan, yang dipentingkan emosional spiritual bahkan dengan kemasan hal-hal primordial akan menjadi gelora membara. Tanpa pikir panjang peradilan sosial sudah dilakukan. Saling menuduh, saling menyalahkan, saling menghina, saling mengobok-obok jiwa hingga harga diri. Tanpa sebutir peluru keluar dari moncong laras senjata perang dapat dimulai. Hal-hal yang kontra produktif dan berbagai pembodohan menggelora di mana-mana. Sesal tiada guna. Biasanya sadar setelah hancur berantakan. Hal ini tanpa sadar setiap saat terus melanda.

Literasi dan bernagai upaya coaching untuk menanamkan spirit kemanusiaan, pencerdasan kehidupan bangsa dan tetap menjaga kewarasan daya nalar ini menjadi sangat penting dan mendasar. Standar-standar data dan informasi dibangun untuk membuat masyarakat tidak asal telan atau asal share. Mau membaca mau mencari standar media yang menjadi rujukan. Informasi yang ditabur biasanya bertahap bahkan dikemas secara ilmiah bahkan mengatasnamakan tokoh-tokoh yang menjadi ikon atau role model. Dari literasi dan standar media data dan informasi akan menjadi salah satu pilar bagi acuan data dan informasi hoaks.

Selain itu, counter isu juga harus dilakukan. Gerakan intelijen membuat cerdas dan memotivasi publik menjadi sesuatu yang ada di semua lini dengan berbagai kemasannya untuk mencerdaskan dan menjaga keteraturan sosial untuk tetap waras dalam berbagai gerusan dan gempuran nalar. ***

[Chryshnanda Dwilaksana]

Share
Leave a comment