Kemendikbud Garap Super Aplikasi Pendidikan Mirip Gojek
TRANSINDONESIA.CO – Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen GTK Kemdikbud), Iwan Syahril menyatakan di era pandemi Covid-19 seluruh stakeholder pendidikan dituntut untuk terus melakukan inovasi yang menunjang pembelajaran.
Keterbatasan kontak fisik, maka inovasi pembelajaran jarak jauh menjadi sangat penting, saat ini Kemendikbud tengah mengembangkan super aplikasi pendidikan yang dapat membantu siswa belajar lebih baik. Aplikasi ini jauh lebih canggih dan semudah penggunaannya seperti aplikasi Gojek atau Tokopedia.
“Dengan adanya pandemi ini, kita ingin mempercepat untuk mengakselerasi pemanfaatan aplikasi tersebut. Semoga bisa lebih cepat dari yang direncanakan,” kata Iwan Syahril dalam diskusi daring bersama pemangku kepentingan bidang pendidikan dari 21 kabupaten/kota yang menjadi mitra Tanoto Foundation dalam program PINTAR, Kamis (4/6/2020).
Diskusi juga membagikan pengalaman praktik baik dari daerah dalam penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dalam kesempatan itu, Iwan mewanti-wanti jangan sampai penggunaan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh, hanya memindahkan tatap muka ceramah di kelas. Siswa harus difasilitasi untuk aktif belajar bukan berpusat pada guru.
Sekarang, lanjutnya, tidak ada tuntutan yang kuat siswa harus ikut ujian. Momen ini, justeru menjadi kesempatan bagi guru dan kepala sekolah untuk membuat inovasi-inovasi hal-hal yang relevan untuk kebutuhan belajar siswanya.
“Itulah prinsip merdeka belajar yang didorong penerapannya dalam pembelajaran,” imbuh Iwan.
Iwan yang juga menyebut pentingnya sinergi dalam menyebarkan praktik-praktik baik pendidikan, seperti yang selama ini dilakukan dinas pendidikan di berbagai daerah dengan Tanoto Foundation.
Pelatihan praktik baik memang tidak harus dilakukan di luar sekolah. Justeru pelatihan di dalam sekolah (school base) lebih efisien dan efektif karena guru jadi lebih paham apa yang terbaik bagi siswa.
“Termasuk saat pendidikan harus dilakukan dari rumah. Maka guru dan kepala sekolah sudah harus paham apa yang terbaik bagi siswa, termasuk dengan tidak membebani siswa dengan kurikulum yang ada. Inilah yang kita sebut merdeka belajar,” kata Iwan.
Terkait pembelajaran dari rumah, Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation,
M Ari Widowati memaparkan survey yang dilakukan Tanoto Foundation kepada guru, kepala sekolah, orangtua, dan siswa dari 454 sekolah dan madrasah mitra.
Salah satu temuan menarik adalah 48.3% siswa senang dengan belajar di rumah karena gurunya membuat mereka belajar lebih menarik, bervariasi, dan bermakna. Tentu saja, praktik baik ini perlu disebarkan agar lebih banyak siswa yang belajar dengan baik walaupun dirumah.
Di sisi lain, masih ada 46.8% lagi siswa yang menyatakan belajar di rumah tidak menyenangkan, dengan alasan terbanyak adalah terlalu banyak tugas dari guru.
“Dari sini kita memahami bahwa inovasi pembelajaran perlu dilakukan para guru, supaya siswa tidak merasa bosan dan terbebani di masa Covid-19 ini,” ujar Ari.
Pada masa pandemi, Tanoto Foundation tetap melatih dan mendampingi para guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen LPTK dan menyesuaikan materinya dengan konteks pembelajaran berbasis teknologi, daring dan luring.
“Konsep pelatihan kami adalah pembelajaran dengan menerapkan unsur MIKiR atau mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi, sehingga siswa bisa aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran jarak jauh,” jelas Ari.[met]