Gara-gara Trump, India Semakin Sambut Hangat Obat Malaria

TRANSINDONESIA.CO – Pengakuan Presiden AS Donald Trump bahwa ia minum obat malaria hidroksiklorokuin untuk melindungi diri dari virus corona disambut hangat di India.

Dukungan Trump terhadap hidroksiklorokuin menimbulkan perubahan besar di negara Asia Selatan itu. Produsen terbesar hidroksiklorokuin di dunia tersebut meningkatkan produksinya, meresepkannya kepada para pekerja kesehatan garis depan yang menangani virus itu, dan menggunakannya sebagai alat diplomasi, meskipun ada banyak bukti yang menentang penggunaannya.

Trump pada hari Senin (18/5) mengatakan bahwa dia minum hidroksiklorokuin untuk melindungi diri dari virus corona. Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memperingatkan, obat itu hanya boleh diberikan untuk penderita Covid-19 di rumah sakit atau dipakai dalam penelitian karena berpotensi menimbulkan gangguan jantung serius.

Kebijakan India terkait obat yang sudah berusia puluhan tahun ini sebetulnya sudah berubah drastis sejak Maret lalu, setelah Trump menulis pada akun Twitternya, bahwa obat itu, bila digunakan bersama dengan antibiotik, bisa menimbulkan perubahan besar dalam perang melawan virus corona. Pengakuan Trump pada Senin (18/5) semakin mendorong India untuk memanfaatkannya.

Kementerian Kesehatan India dengan segera menyetujui penggunaan hidroksiklorokuin untuk para pekerja kesehatan dan mereka yang berisiko tinggi tertular, serta pasien yang sakit parah akibat virus corona. Para pejabat pemerintahan di Mumbai bahkan menyusun rencana untuk meresepkan hidroksiklorokuin untuk ribuan penghuni perkampungan kumuh sebagai tindak pencegahan terhadap virus itu.

Singkat kata, meski mendapat kecaman dari banyak pakar kesehatan, pemerintah India merekomendasikan penggunaannya ke semakin banyak orang.

Dengan lebih dari 101.000 kasus dan 3.163 kematian, wabah virus corona memang belum menyulitkan sistem layanan kesehatan India yang terbatas. Namun situasi ini akan segera berubah karena lockdown yang diberlakukan secara nasional telah mulai dilonggarkan, sehingga memungkinkan mobilitas yang lebih besar bagi 1,3 miliar penduduk negara itu. [ab/uh]

Sumber : Voaindonesia

Share
Leave a comment