Kondisi Kembali Pulih Pascabanjir Bolaang Mongodow Utara
TRANSINDONESIA.CO – Kondisi aktivitas masyarakat kembali pulih setelah banjir menerjang beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Utara pada Kamis 4 Maret 2020 lalu. BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara menginformasikan bahwa sebagian masyarakat sudah mulai membenahi tempat tinggal pada hari ini, Sabtu (7/3/2020).
Namun demikian, sebagian masyarakat lain masih ada yang bertahan di tenda pengungsian. Mereka yang masih mengungsi karena tempat tinggal mereka hanyut terbawa arus air. Sedangkan terkait dengan penerangan, listrik dan jaringan komunikasi telah normal kembali dan jalan menuju lokasi desa terisolir sudah dapat diakses.
BPBD setempat telah melakukan upaya darurat, namun masih terdapat kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh warga yang masih mengungsi. Bantuan yang masih dibutuhkan seperti air bersih, permakanan, selimut, alas tidur, pakaian, perlengkapan dapur dan makanan balita.
Pantauan cuaca masih mendung dan disertai hujan gerimis. Banjir yang berdampak pada 55 desa di empat kecamatan, Kecamatan Sangkub, Bintauna, Bolangitang Barat dan Bolangitang Timur, mengakibatkan ribuan warga menderita.
Sebanyak 16 desa terdampak di Kecamatan Sangkub dengan rincian dampak sebagai berikut rumah rusak berat 87 unit (semi permanen), rusak ringan 1.760 dan luas sawah rusak dengan potensi gagal panen mencapai 945,68 ha, sedangkan lahan jagung seluas 246,5 ha. Di samping itu, warga juga kehilangan hewan ternak, seperti sapi, kambing dan ayam. Banjir juga mengakibatkan kerusakan jalan sepanjang 580 m, gorong-gorong, tanggul dan drainase.
“Total jumlah warga terdampak pada banjir yang terjadi pada jam 01.00 waktu setempat (Wita) yaitu 1.857 KK (7.428 jiwa),” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo dalam keterangan digitalnya, Sabtu (7/3/2020).
Pada Kecamatan Bintauna, sebanyak 11 desa dengan penduduk terdampak berjumlah 1.721 KK (6.884 jiwa). Rumah rusak akibat banjir sejumlah 127 unit (semi permanen), rusak sedang 49 dan ribuan lain rusak ringan, sedangkan luas sawah rusak 717 ha, ladang jagung 45 ha dan tambak ikan bandeng 3 ha. Warga juga kehilangan hewan ternak mereka.
Kerusakan infrastruktur mencakup 1.500 meter jalan rusak berat, 125 m drainase rusak berat dan 1 SMK rusak ringan.
Pada Kecamatan Bolangitang Timur, 15 desa terdampak dengan rincian rumah rusak berat 72 unit (semi permanen) termasuk kios 6, rusak sedang 8 dan rusak ringan 2.272. Selain itu, 32,25 ha sawah dan 30,25 ha lahan jagung rusak dan terancam gagal panen.
Kerusakan infrastruktur di kecamatan ini mencakup rusak berat 300 m tanggul sungai atau bronjong, 10 m talud, 8 meter selasar sekolah dasar dan rusak ringan 80 RKB sekolah dasar, 46 RKB SMP dan 1 masjid.
Jumlah warga terdampak mencapai 2.351 KK (9.404Jiwa).
Pada Kecamatan Bolangitang Barat, 13 desa terdampak dengan jumlah warganya 949 KK (3.796 jiwa). Sedangkan kerusakan sebagai berikut, rumah rusak berat 2 unit (semi permanen) termasuk 6 kios dan rusak ringan 1.071. Infrastruktur yang terdampak mencakup 100 meter jalan perkebunan dan 28 m tanggul rusak berat. Di kecamatan ini, lahan sawah dan kebun juga mengalami kerusakan dan terancam gagal panen, serta hewan ternak warga.
Sementara itu, bencana yang mengakibatkan korban jiwa 2 orang juga berdampak pada terjadinya tanah longsor di beberapa ruas jalan trans Sulawesi, yaitu di Desa Sompiro dan Sang Tombolang, Kecamatan Sangkub, Desa Huntuk dan Mome, Kecamatan Bintauna, Desa Biontong II, Kecamatan Bolangitang Timur dan Desa Tanjung Buaya dan Tote, Kecamatan Bolangitang Barat.
Estimasi kerugian empat kecamatan di kabupaten ini sebesar Rp 26 milyar, sedangkan nilai kerusakan sebesar Rp 77 milyar. [sul]