Mari Pangestu Sebut Ekonomi Indonesia “Resilient”, Ini Alasannya

TRANSINDONESIA.CO – Ekonom senior yang segera menapaki karir baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu saat diminta untuk menyebut satu kata tentang ekonomi Indonesia memilih kata resilient atau berdaya tahan.

Mari Elka Pangestu saat media visit ke Redaksi Kantor Berita Antara di Jakarta, Selasa, mengatakan kata resilient tersebut paling pas untuk menggambarkan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

“Indonesia ini sudah kena krisis terkecuali ‘98 karena itu krisis ekonomi, politik dan krisis finansial kita anjlok (tumbuh) minus 13 persen, tapi kita kembalinya itu dalam beberapa tahun, kembali lagi,” kata mantan Menteri Perdagangan itu.

Mari yang lahir pada 23 Oktober 1956 itu mengatakan saat terjadi krisis pada 2008, ekonomi Indonesia tumbuh 4,9 persen dan terus bisa naik di atas lima persen.

Hal serupa terjadi saat ini ketika dunia dilanda serba ketidakpastian ekonomi.

“Tapi lima persen relatif, (dibandingkan) negara lain itu baik. Kita resilient tapi dalam artian kita terus bertumbuh mungkin dalam artian kita negara yang besar punya pasar besar,” katanya.

Ia menambahkan ketahanan Indonesia itu juga terlihat ketika mampu membuat kebijakan mengatasi kemiskinan di tingkat paling bawah dan menyelesaikan persoalan ketimpangan, terutama dari sisi pendapatan antardaerah.

“Resilient kita itu penting sebagai kesatuan suatu negara. Jadi waktu 98, krisis 98 semua orang memprediksi Indonesia akan pecah belah seperti yang terjadi di Rusia, Uni Soviet. Pecah jadi beberapa negara setelah krisis,” katanya.

Namun, kata dia, faktanya Indonesia tidak pecah dan tetap bersatu kecuali Timor Timur yang melepaskan diri.

Hal itu, kata Mari, menunjukkan tingkat ketahanan Indonesia yang cukup tinggi.

“Dan ada kaitannya dengan ekonomi kebersatuan kita sebagai negara, menurut saya, itu saya cukup bangga sebagai orang Indonesia. Dan mudah-mudahan kita tetap terus bersatu,” kata Mari Pangestu.

Sumber : Antara

Share
Leave a comment