Canda Tawa dalam Olah Gerak Kata Nada dan Suara

TRANSINDONESIA.CO – “Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”. Dalam film Warkop Prambors kalimat itu ditayangkan, sebagai pengingat dan ajakkan untuk tertawa. Tertawa menjadi sesuatu kebutuhan dalam hidup manusia sebagai pelipur lara.

Membuat tertawa dan mengajak banyak orang tertawa ini merupakan kecerdasan sosial yang mampu mengolah gerak tubuh maupun mengolah kata menjadi sesuatu yang lucu untuk mengundang tawa. Akan terasa lebih lengkap tatkala diikuti olah nada.

Mengajak orang tertawa yang membongkar duka lara tanpa menyentuh harga diri membutuhkan kepekaan, kepedulian dan kemampuan. Bisa saja ajakan tertawa berbuah sebaliknya, tatkala rasa yang disuguhkan tidak tepat. Hambar rasanya, tak jarang mengubah suasana menjadi tegang, kaku, bahkan bisa menjadi ketersinggungan.

Ajakan tertawa dapat dilihat dari rasa, dari suasana kebatinan orang yang diajak tertawa.

Kepiawaian mengajak tertawa merupakan kepekaan dan mampu menyentuh hati walau dengan srempetan, menjungkir balik logika tak jarang yang porno dan sedikit asusila pun disukai. Lawakan yang dibuat skenario memerlukan pemain yang tepat.

Film Bajaj Bajuri misalnya, kekuatan skrip narasi ceritera mampu membuat orang terbahak bahak walaupun yang pelawak hanya Mat Solar. Dalam film Si Dul Anak Sekolahan, di tangan Mandra, Benjamin Sueb dan Basuki membuat suasana semakin hidup walau suasana yang sederhana.

Plesetan lagu lagu dalam nada lucu seperti, Doel Sumbang, Jula Juli, Cak Kartolo. Lagu lagu parikan dalam, ludruk, ketoprak, wayang golek, wayang orang, wayang kulit pun dapat menjadi penggeli hati.

Memutar balik kata, memplesetkan fakta, memparodikan yang sedang berkuasa, membuat satire tatkala sesuai dengan rasa dari audiens yang akan kita ajak tertawa tentu akan mendapat respon dalam gelak tawa atau setidaknya ada senyum simpul.

Dalam suatu dialog Basiyo yang sederhana dalam kehidupan sehari hari walau tidak dibuat buat dan apa adanya mampu membuat imajinasi yang mendengar hanyut dalam suasana sarat canda tawa di desa atau perkampungan orang Jawa. Dialog dengan berbasis kesukuan pun dapat menjadi kekuatan bagi sentuhan hati untuk menstimuli pencah dan riuh rendah orang yang tertawa. Benjamin Sueb Mandra, Mali, Bolot dengan gaya Betawi yang spontan mampu menyentak getar tawa yang melihat atau mendengarnya.

Gaya dan logat sunda, Abah dari De Bodor, gaya Kabayan dari Kang Ibing, plesetan plesetan Projeck Pop, lawakan dalang wayang golek dengan mengedepankan tokoh Cepot, mampu menggeli hati walaupun yang mendengar atau melihatnya bukan orang Sunda bahkan yang tidak tahu bahasa Sunda sekalipun bisa terseret untuk tertawa. Gaya China peranakan yang diperankan Suryana Fatah, Mama Hengki, juga tak kalah manjurnya mengajak orang orang untuk tertawa. Gaya Batak, gaya orang Minahasa, gaya orang Maluku maupun orang Papua sekalipun menunjukkan kecerdasan dalam menstimuli dawai hati untuk tertawa.

Gaya atau model ajakan tertawa bervariasi, ada yang dalam dialog, monolog, ada yang tanpa kata, semua memerlukan suatu kepiawaian olah kata, olah gerak dan olah nada dan suara.

Kemampuan menirukan suara yang dilakukan Gatot Sunyoto, Butet Kartarejasa dalam menirukan gaya bicara pejabat orde baru memiliki gaya tersendiri menstimuli lahirnya tawa.

Mengeluarkan suara perut dalam pentas boneka susan yang dilakukan Ria Enes dan Tongki oleh Gatot Sunyoto ini pun menjadi kekuatan dalam menghibur anak anak sejak usia dini gemar tertawa bahkan melipur lara dengan bercanda.

Sakitnya melucu tidak mendapat respon tawa, ini bagai menstater mobil berkali kali namun mesin tak hidup juga. Kegagalan membuat tawa tatkala terlalu besar rekayasanya sehingga malah mengeringkan suasana. Stimuli yang menggores harga diri pun dapat berdampak pada buntunya daya tawa. Kelucuan merupakan spontan dari sang pemeran walau ada skenario.

Melucu menjadi bisnis hiburan, Srimulat pernah berjaya pada masanya, hingga mampu melahirkan pelawak pelawak tingkat nasional. Warkop Prambors yang mampu melahirkan puluhan film lebar. Stasiun televisi swasta pun membuka peluang pada program audisi stand up komedi, yang melahirkan pelawak pelawak stand up seperti, Cak Lontong, Mudy, Mongol, Dodit Mulyanto. Film pendek dari China, India pun banyak merebak di media sosial menunjukkan berbagai kelucuannya. Gagasan hiburan dalam film film lucu di pesawat yang dikatakan just kidding. Sule dan Andre Stinky memilih dunia lawakan daripada musik termasuk Komeng yang terkenal dengan teriakan “uhuyyyy…”.

Ratusan bahkan ribuan pelaku penggeli hati yang piawai mengolah kata gerak nada dan suara, mereka berjuang sendiri sendiri sepertinya jembatan hati politikus, penguasa maupun birokrat untuk terharu mengolah kekayaan kewarasan bangsa. Mungkin mereka merasa tidak perlu karena dengan pikiran perkataan, perbuatan dan kebijakannya memang sudah lucu menggelikan walaupun menyedihkan dan menyakitkan rakyat. [Chryshnanda Dwilaksana]

Share