TRANSINDONESIA.CO – “Mbat Mbatan” istilah untuk saling serang saling membuli atau untuk dijadikan korban atau sasaran. konteks mbat mbatan di sini adalah untuk pelipur lara, penggeli hati atau memparodikan juga bisa mempleset plesetkan.
Dalam dunia lawak, guyon maton, guyon parikeno atau juga stand up commedy sampai goro goro sarat dengan mbat mbatan. Di panggung Srimulat pak Bendot, Gepeng, Timbul sampai Asmuni sering kali jadi bahan mbat mbatan atau dibuli temannya. Kancil dengan belong, kancil yang kecil selalu menang dengan belong yang besar. Kakak beradik Topan dan Lesus bahkan Butet dengan almarhum Jaduk Ferianto pun dalam dialognya yang akrab saling serang namun justru membuat kreatifitasnya semakin hidup.
Dagelan Mataram, dialog-dialog yang spontan waton namun membuat suasana geer. Kang Ibing dengan gaya Kabayan yang nampak bodoh membuat kesal pun menggelikan, lucu. Suryana Fatah dengan gaya orang Tionghoa yang g lafalnya sedikit cedal pun juga membuat pancingan-pancingan untuk jadi mbat mbatan. Tukul Arwana yang rela membat dirinya yang membuatnya juga terkenal. Cak Lontong yang dengan gaya memutar dan menjungkir balik logika menyemes akbar dengan berbagai mbatannya. Dono almarhum yang dijadikan mbat mbatan Kasino almarhum maupun Indrodan kaka kakan tawanya.
Mengapa orang bisa tertawa l sampai terbahak bahak bahkan sampai mengeluarkan air mata?
Kalau diuraikan mungkin ada beberapa hal:
1. Perilaku yang lucu memancing dirinya untuk jadi bahan mbat mbatan. Pelawak legendaris Charlie Chaplin tanpa suara mampu membuat orang tertawa, Bing Slamet, Ateng dan Iskak, Darto Helm, Bagio, Mr Bean, Suroto, Karjo ac dc, Kimung, gaya gaya pinpinbo atau pinter pinter bodo. ini memerlukan kecerdasan dan reflek spontan yang cepat menangkap signal signal dan menyentuh hati banyak orang untuk merespon tawa.
2. Ada ceritera yang antagonis berbeda dengan nalar atau logika orang kebanyakkan. Atau juga dialog yang menabrak logika. Sebagai contoh, ceritera di kelas antara guru dan murid.
Guru : anak anak siapa yang ingin masuk surga?
Murid : saya bu guru dengan serentak menjawab.
Ada satu murid yang bernama Agus (maaf ini contoh nama yang mudah dikenal saja saya pilih) yang tidak menjawab.
Guru : Agus mengapa kamu tidak menjawab? apa kamu tidak ingin masuk surga.
Agus : ( dengan tenang bertanya) bu guru, memang mau berangkat sekarang?
Semua orang ingin ke surga namun tidak mau berangkat duluan.
3. Ada yang dikorbankan atau dibuli dalam Ludruk Kartolo dengan Sapari saling buli
saut menyaut. melalui kidungan jula julipun menunjukkan ada korban atau yang dikorbankan.
Awan awan mangan nongko
nongko mono asal e babal
dadi prawan ojo ngenyek joko
mengko yen ditinggal lungo mancal mancal. Di balas kepada yang lelaki atau joko riyoyo gak nggoreng kopi ngadep mejo gakno jajane, joko cilik kok wis wani rabi
bareng ditarik blonjo umat ayane
4. Memerankan sebagai banci
pelawak Prapto sebagai Ester, Karjo acdc sebagai Mariyam, Kabul sebagai Tessy, Naryo sebagai Susi. Menjadi i banci seringkali memancing tawa karena perilaku dan logikanya yang bukan dilakukan orang kebanyakan.
Syair lagu banci pengamen jalan yang menyanyikan : …..iwik iwik ambyar…. inipun mendorong orang untuk tertawa.
Stand up komedi gaya Biduaria yang diperan Mudy Taylor dengan lagu lagu plesetannya membuat terbahak bahak.
Dalang Seno Nugroho yang membuat wayang baru dinamai Sahara walau sehari hari Sukini. dengan gaya banci yang membuat risih para Ksatria Pandawa pun mampu mengundang gelak tawa.
5. Parodi yang g mengkritik situasi politik ekonomi sosial budaya hingga kebijakan publik pun menjadi komuditinya.
Monolog raja rimba jadi pawang yang dimainkan Butet Kartarejasa dengan menirukan suara presiden HM Soeharto, BJ Habibie, Murdiono, Harmoko, dll. monolong matinya tukang kritik, sarimin, dll. Walau kritik sosial namun juga menghibur karena mampu menjadikan duka lara menjadi tawa dan canda.
6. Menertawakan diri sendiri
Tukul Arwana berani menjelek jelekkan dirinya sendiri jadi bahan mbat mbatan dengan tampang udik dan kumis lelenya yang berbahasa Inggris dengan logat medok jawa.
7. Kondisi sedih, miskin yang dikemas dalam dialog interaktif bodoh tetapi sok tahu seperti dalam angkringan plenthong anak anak yang ngeyelan. Kirun dengan Bagyo, Kancil dengan Bekong l, Peang Penjol, Slentheng dengan Lupit.
8. Sikap arogan sok tahu Jumawa namun bodoh dan salah dalam menerapkannya kisah Kuncung Bawuk, Dul Kamid dalam Pak Bhabin, Cingire, Cak Precil dengan Cak Yudo, dll.
Masih banyak lagi yang bisa digali dalam kisah penggeli hati yang membuat tawa ria sebagai obat kepenatan hidup.
Mbat mbatan seni penggeli hati, lucu, menjengkelkan, arogan, bodoh, kemaki tetapi tetap ngangeni. [Chryshnanda Dwilaksana]