Social Conflict Memorial

TRANSINDONESIA.CO – Indonesia sebagai negara yang majemuk sarat dengan konflik dan potensi konflik sosial. Perebutan sumber daya dan perebutan pendistribusian sumber daya menjadi potensi konflik.

Primordialisme tak jarang diplesetkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang merusak harmoni keteraturan sosial. Primordial selain kekuatan juga kelemahan untuk mencari legitimasi dan solidaritas sosial.

Di era post truth primordial menjadi kemasan hoax yang mengaduk aduk emosi agar pembenaran dijadikan kebenaran. Konflik sosial begitu mudahnya muncul namun dampaknya luas bagi harmoni keteraturan sosial. Ibarat menebang pohon yang hanya dalam sekejap namun proses tumbuh berkembangnya memerlukan proses cukup panjang.

Konflik sosial yang terjadi seolah hal biasa saja namun sebenarnya sarat nilai dan memiliki makna sejarah peradaban yang patut dikenang. Hal ini bukan untuk menguak luka lama namun sebagai wujud literasi sosial dalam membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencerdasan sosial ini dasarnya kesadaran untuk dapat memahami menjaga mengkritisi menumbuhkembangkan peradaban dengan terwujud dan terpeliharanya harmoni keteraturan sosial.

Kenangan konflik sosial bisa berwujud suatu monumen atau taman atau area publik yang setiap orang berada di sekitarnya dapat melihat bahkan belajar dari masa lalu. Membangun kenangan konflik sosial ini merupakan literasi sosial yang menjadi mendasar upaya mencerdaskan bangsa. Harmoni dalam keteraturan sosial merupakan suatu bagian dari peradaban.

Peradaban merupakan kesatuan antara religi tradisi seni edukasi dan teknologi untuk semakin manusiawinya manusia.

Pembangunan karakter bangsa melalui literasi sosial merupakan proses panjang yang memerlukan kebersinambungan penumbuh kembangannnya. Dengan membangun social conflict memorial setidaknya merupakan literasi sosial sekaligus kenangan masa masa gelap yang tidak boleh berulang di masa yang akan datang.

[Chryshnanda DL]

Share