Harga Minyak Turun, Kekhawatiran Kelebihan Pasokan 2020 Meningkat

TRANSINDONESIA.CO – Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Senin (Selasa 12 Nopember 2019 pagi WIB), karena sedikit kemajuan pada negosiasi perdagangan AS – China membuat harga tertekan, tetapi data persediaan bullish di Amerika Serikat memberikan beberapa dukungan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari turun 0,33 dolar AS menjadi ditutup pada 62,18 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah jatuh ke 61,57 dolar AS pada awal sesi.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun 0,38 dolar AS menjadi menetap pada 56,86 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Investor khawatir tentang kejatuhan dari 16-bulan perang dagang Amerika Serikat (AS) – China, yang telah memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia dan mendorong analis untuk menurunkan perkiraan permintaan minyak, meningkatkan kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan dapat berkembang pada 2020.

“Kami memperkirakan perdagangan bergerak menyamping akan berlanjut untuk saat ini, dengan berita utama konflik perdagangan kemungkinan akan menentukan arah,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Sabtu (9/11/2019) bahwa pembicaraan perdagangan dengan China berjalan dengan “sangat baik” tetapi AS hanya akan membuat kesepakatan jika itu adalah tepat untuk Amerika.

Trump juga mengatakan bahwa ada pelaporan yang salah tentang kesediaan AS untuk mencabut tarif sebagai bagian dari perjanjian “fase satu”, berita yang telah mendorong pasar.

Menggarisbawahi dampak perang dagang, data selama akhir pekan menunjukkan bahwa harga produsen China turun paling banyak dalam lebih dari tiga tahun pada Oktober.

Penjualan mobil di China turun selama 16 bulan berturut-turut pada Oktober, data menunjukkan pada Senin (11/11/2019).

Harga memangkas kerugian pada Senin (11/11/2019) setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di Cushing, titik pengiriman untuk WTI, turun sekitar 1,2 juta barel dalam sepekan hingga 8 November, kata para pedagang, mengutip perusahaan intelijen pasar Genscape.

“Tidak ada kisah nyata yang mendorong kami selama akhir pekan, dan tiba-tiba kami memiliki satu data keras yang menunjukkan bahwa mungkin pasokan minyak akan turun minggu ini,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago .

Persediaan di Cushing telah meningkat selama lima minggu berturut-turut, menurut data pemerintah, hingga laporan terbaru dalam pekan yang berakhir 1 November. Tetapi para analis memperkirakan bahwa itu beralih setelah penutupan Keystone Pipeline 590.000 barel per hari pada 30 Oktober, arteri penting untuk impor minyak mentah berat dari Kanada ke Midwest AS, menyusul tumpahan minyak.

Namun, TC Energy Corp mengatakan pada Minggu (10/11/2019) bahwa pipa telah kembali ke layanan, beroperasi pada tekanan berkurang dengan peningkatan volume secara bertahap.

Sementara itu, para investor khawatir tentang kelebihan pasokan minyak mentah, kata para analis.

Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya pada Oktober menjadi 10,3 juta barel per hari, tetapi tetap memasok ke pasar minyak di bawah target produksi OPEC, sumber industri Saudi yang akrab dengan operasi minyak kerajaan mengatakan kepada Reuters.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, mungkin akan memperpanjang kesepakatan untuk membatasi pasokan minyak mentah, tetapi tidak mungkin memperdalam pemotongan mereka, kata menteri energi Oman, ketika Uni Emirat Arab mengatakan tidak khawatir tentang pertumbuhan jangka panjang dalam permintaan minyak.

OPEC +, yang sejak Januari memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari berdasarkan kesepakatan akan berlangsung hingga Maret 2020, akan bertemu berikutnya pada awal Desember.

Lukoil, produsen minyak terbesar kedua Rusia, mengharapkan kesepakatan pengurangan produksi minyak global akan diperpanjang, kata kepala perusahaannya.

Sumber : Antara

Share