Kedai Jalinsum: Retail atau Properti?
TRANSINDONESIA.CO – Tahukah anda dimana kedai paling panjang? Sangat mungkin Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum)! Lho, koq? Ini penjelasannya.
Jarak Jakarta ke Medan 1.937 kilometer. Lebih 4 kali jarak London ke Paris: 461,3 kilometer. Hampir 2 kali jarak rute Paris (France) ke Praha (Ceko): 1.030 km (640 miles). Kami jelajahinya mudik lebaran barusan. Mulai 01-13 Juni 2019. Jadwal ketat. Akurasi waktu jelajah terukur. Mengejar lebaran dan jadwal sidang.
Sepanjang jalan lintas Sumatera itu banyak pengalaman menarik. Sumatera menawan dan eksotik. Rugi besar jika tak sempat menjelajahi. Ini kali ketiga saya dan keluarga berkendara jelajahi kota-kota Sumatera. Membawa serta dua belia generasi milenial jelang dewasa. Jelajah jalinsum 2019 ini didedikasikan untuk mendewasakan dua belia milenial itu. Agar tak gagap perihal eksotik Sumatera.
Bagi pengendara, tak berlebihan jika jalinsum adalah defenisi Sumatera. Panjangnya hampir sekujur pulau. Berawal dari Banda Aceh, sampai ke pelabuhan Bakauheni. Panjang jalan 2.508,5 kilometer. Jalan yang panjang. Banyak kelok yang tajam, jalan menurun dan mendaki, sependek mata memandang kenderaan bagai hendak pergi ke batas awan. Kontur jalan naik turun, seperti busur dan kuali besar, yang acap dilanjut tikungan tajam. Bantingan setir dan sorot mata musti ligat. Bagai rentak tarian Melayu Serampang XII yang cepat dan dinamis karena 12 formasi alias ‘pecahan’, istilah dalam tarian Melayu. Penari berpasangan, dua arah. Namun tak boleh bersintuhan. Apalagi bertabrakan. Harus dianca. Akurasi presisi. Walau nyaris bersintuh. Orang Melayu bilang: “sipi”. Jika bersintuhan, penari itu kalah atau batal menang. Seumpama itulah rentak kenderaan dua arah jalinsum. Ligat, dinamis namun tak bersintuhan. Kalau tari Serampang XII sah sebagai Warisan Budaya Tidak Benda (WBTB) Tahun 2014, jalinsum itu warisan terpanjang yang berjasa besar kepada terbukanya Sumatera.
Tatkala singgah di Kisaran, Asahan (sekitar 4 jam jelang Medan), kami merentak. Disana saya paham jalinsum disingkat lintas saja, artinya lewat. Lintas itu kini padat kenderaan mendesis lewat. Lewat alias perjalanan itu tabiat dan kecenderungan manusia. Malah ber-syafar itu disarankan. Lintas bagi Kisaran adalah kesibukan. Lintas itu arus utama segala kenderaan, juga persilangan rel kereta rute Medan-Rantau Prapat. Lintas makin sibuk karena banyak tegak kantor pemerintah. Tak terintegrasi dalam satu lokasi, seperti Banyuasin (Sumsel), Palalawan (Riau) yang sempat kami lewati. Kantor pemerintah lokal sebelah menyebelah pasar ayam yang riuh, sempat kami amati. Elok kantor kabupaten “bersatu” meniru Banyuasin dan Palalawan yang berusaha lepas dari sibuk jalinsum.
Kembali ke lintas Kisaran. Jalur lintas ada kampus, yang biasanya jauh menepi dan menyepi. Tapi tidak bagi Universitas Asahan (UNA) disingkat UNA, bukan UA. Jika nanti menjadi universitas negeri, baru pas akronim UNA. Kawan saya Komis Simanjuntak yang dinamis bagai lintas, tabah bertungkus-lumus mengajar ilmu hukum di UNA. Merangsek masuk inti kota mencari “Mutiara”, kawasan timur kota dikepung perkebunan sawit dan karet. Kisaran semakin ramai kedai. Kembali menengoknya, insting saya kuatir penataan inti kota yang semakin padat memperebutkan ruang. Kurang ruang terbuka hijau, beberapa bidang jalan bersilang rel kereta. Acapkali lintas sebidang biang kemacetan stadium akut. Panjang dan ruas jalan stagnan. Kenderaan bermesin meningkat. Jangan sampai tak terkendali jika urban planning-nya tanpa visi pengembangan wilayah.
Ada 3 jalur lintas: timur, tengah dan barat. Jalan tol hanya 2 saja: Bakauhuni-Palembang (460 kilometer, mirip jarak London-Paris) yang bisa ditempuh 4 jam dan Tebing Tinggi-Medan (41 kilometer) ditempuh 45 menit. Selebihnya jalinsum. Sang lintas itu berjaya sejak dulu kala hingga kini. “Ketiga jalur itu sangat menarik, tergantung target menikmati suasana jalan bagaimana dan kota-kota apa?”, ujar Rachmad Gunawan Lubis, lawyer yang bersama istri dan dua anak bersemangat pulkam (pulang kampung) lewat jalinsum. Orang Medan menyebut mudik dengan pulkam.
“Jalur timur banyak truk, kalau tengah banyak bus, tapi banyak hutan belantara makanya teduh”, lanjut Amek yang tandem Faisal Lubis menjajal jalur timur jalinsum. Siang-malam mengejar matahari agar tiba di Deli sebelum fajar penghujung Ramadhan tiba. Berhasil memang!
Keragaman kota-kota sekujur Sumatera sangat kaya hikmah. Jamak pelajaran. Pengemudi diajarkan surplus sabar dan matang dewasa berkendara. Pun, jangan larut emosi dan tergesa digoda “raja jalanan” lintas Sumatera. Waspadai truk yang besar dan terpaksa merayap cenderung lelet. Jalinsum guru yang mengajarkan sabar. Ujian dewasa berkendara. Begitu catatan dan amatan saya atas kelakuan pengendara sepanjang pagi, siang, petang dan sedikit malam tatkala menelusuri dinamika jalinsum. Apalagi badan jalannya relatif mulus. Terlebih lintas Jambi via Muaro Jambi, Tanjabbar (Tanjung Jabung Barat), masuk Riau lewati Belilas, “bundaran” Rengat, Japura, sampai Pakanbaru. Jalan beton berlapis aspal hotmix. Kecuali rute Palembang-Jambi yang rada keriting.
Walau sedikit kriting, kami sukaria memetik pelajaran dari jalan lintas. Kota-kota minyak Sungai Lilin, Bayung Lencir ada di antaranya. Bulan Februari 2019 lalu, ditemukan cadangan gas baru di Blok Sakakemang sumur Kaliberau Dalam (KBD) di Bayung Lencir, Musi Banyuasin (Muba). Cadangan Gas Muba Sakakemang disebut 4 besar di dunia. Kabar gembira. Duit makin jumbo. APBD Kabupaten Muba, ditaksir tembus Rp7 triliun dalam 10-15 tahun ke depan. Bandingkan APBD Sumateta Utara tahun 2018 hanya 13,38 triliun.
Rata-rata jalinsum tergolong mulus, walau kurang lampu penerangan dan rambu-rambu jalan. Perlu akses wifi gratis di tiap “lampu merah” atau rambu utama, seperti di terapkan kota tua Melaka. Idemditto jalan tol, jalinsum perlu rest area. Selama ini ‘rest area’ jalinsum disediakan siapa? SPBU Pertamina, rumah makan, atau masjid. Diwartakan rest area jalan non tol pertama di Indonesia sudah ada. Namanya Anjungan Cerdas. Anjungan Cerdas itu berlokasi di rute jalan nasional Trenggalek-Ponorogo, Jawa Timur selesai dibangun Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR. Konon, terinspirasi ‘Michi No Eki’ atau stasiun tepi jalan dari Jepang.
Juga, sekujur Sumatera jamak terhampar sumur dan ladang minyak. Pipa berdiameter sekitar satu meter menjalar dan menelusur, mengikuti alur jalan dari Minas yang meliuk. Mengikuti jalan yang cekung dan mendaki seperti gelombang pasang, sampai ke arah Duri, mungkin saja lebih jauh sampai ke Rokan hulu dan hilir di watas Riau-Sumatera Utara. Riau memang kemilau. Apalagi Blok Rokan sudah diambil alih Pertamina. Itu tandanya di sana banyak industri migas dan agro dengan skim kolaborasi. Kekayaan alamnya sangat kentara.Tak tersembunyikan. Bola mata pelintas jalinsum paham aduhai kaya raya Sumatera. Penduduk dan kawasan hunian tak lagi sepi, banyak rumah, perumahan dan kota baru. Wajar dibutuhkan kedai, kedai dan kedai.
Mendekati Palembang, kami berhentik di kedai bermerek. Belanja. Sempat ambil foto beberapa jepret. Menarik. Kolaborasi kedai dan masjid serta “rest area” sederhana di lahan sempit. Lekat tak berjarak. Kedai di bawah, mesjid di atas. Meniru jurus pemanfaatan campuran (mixed-used) aset tanah/properti. Lokasinya jalur Palembang-Betung, kilometer 62. Saya membatin. Karena kedai itu adalah properti, maka jalinsum itu gugusan proyek properti terpanjang. Kedai itu tak hanya bisnis retail, namun bisnis properti nan panjang. Bagi Pertamina, kompleks miliknya itu kedai BBM, atau bisnis gurih properti?
Pembaca, tahukah saya menggambil foto kedai merek dagang apa? Mereknya paling banyak. Jalinan kedai alias mini market itu menguasai kiri kanan jalinsum. Lebih banyak dari SPBU Pertamina. Jalinsum berjasa meramaikan kedai-kedai yang mirip, jualannya nyaris 100% sama, pun layanan “rest area”-nya. Dalam khazanah properti ada diksi ‘Land Value Capture’ untuk pertambahan nilai tanah, akankah ada ‘Jalinsum Value Capture’ bagi jalinan kedai-kedai bermerek itu.
Gugusan imajiner kedai-kedai jalinsum bukan hanya retail, tidak hanya manajemen rantai pasokan (supply chain management/SCM), namun gugusan bisnis properti. Bisnis properti terpanjang dari Sumatera. Apalagi ada 3 jalur jalinsum, hitung saja seberapa legit bisnis properti kedai jalinsum. Jalinsum yang padat dan dinamis adalah adalah SCM yang cuan. Siapa berminat masuk investasi gugusan properti kedai dan “rest-area”, timbanglah jalinsum. Ruang masih lapang, jangan sampai dikuasai orang. Jangan bersintuhan apalagi tabrakan, seperti filosofi elok Serampang XII. Salam literasi properti. Allahu’alam. Tabik. [Muhammad Joni]