Kapolri: Tiga Ancaman Utama Asian Games 2018
Operasi ini terus akan bergerak dengan melibatkan unsur Mabes Polri dipimpin Densus 88 serta semua Satuan Tugas Anti-Teror yang dibentuk Polda-polda dan di bawah arahan Densus 88
TRANSINDONESIA.CO | JAKARTA – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut tiga ancaman utama dalam penyelengaraan Asian Games pada Agustus mendatang, yakni terorisme, kejahatan jalanan (street crime) dan transportasi.
Ketiganya menjadi hal yang paling diantisipasi Polri demi menyukseskan event olahraga empat tahunan tersebut.
Tito mengungkap Polri secara paralel melanjutkan operasi preventif untuk masalah aksi terorisme. Pascarangkaian aksi bom Surabaya, ada 204 orang ditangkap dengan 20 tewas karena melawan petugas saat ditangkap.
“Operasi ini terus akan bergerak dengan melibatkan unsur Mabes Polri dipimpin Densus 88 serta semua Satuan Tugas Anti-Teror yang dibentuk Polda-polda dan di bawah arahan Densus 88,” ujar Tito saat memaparkan dalam Rapat Kerja dengan Komisi III DPR, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/7).
Menurut Tito, keberadaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme juga memberi ruang bagi Polri untuk melakukan pencegahan terhadap upaya serangan serangan teror. Saat ini, Tito mengatakan, Polda yang di wilayahnya menyelengarakan Asian Games juga memperkuat pengamanan dan penjagaan.
Polda tersebut, yakni Polda Metro Jaya, Polda Sumatera Selatan, Polda Jabar, dan Polda Banten. “Ini terus akan kami kerjakan dan akan kami lanjutkan disamping memperkuat jaga venue-venue. Empat polda ini sudah miliki konsep operasi yang melibatkan stakeholder lain termasuk TNI dan Pemerintah setempat,” ujar Tito.
Selain itu, antisipasi lainnya, Polri juga membuat sistem pengawasan dengan kamera pengawas dan operasi cipta kondisi baik terhadap aksi terorisme maupun kejahatan-kejahatan jalanan. Tito mengatakan, kejahatan jalanan menjadi prioritas kedua setelah aksi terorisme.
“Banyak tamu yang akan datang dari 45 negara, baik atlet, official, media, suporter. Sumsel problemnya ada kejahatan jalanannya, copet, tukang geser, begal tali Kapolda sudah bersihin cukup banyak ditangkap,” ujar Tito.
Sementara di Jawa Barat untuk antisipasi kejahatan jalanan, polisi telah menangkap lebih kurang 1.500 pelaku kejahatan jalanan. Begitu di Polda Metro juga banyak yang telah ditindak oleh Polri.
“Bahkan ada yang tertembak, ditangkap lebih kurang 50, yang tewas 15 kalau tidak salah. Kita berikan tindakan keras pada mereka yang melawan apalagi pakai senjata tajam atau senjata api,” ujar Tito.
Untuk transportasi dan kemacetan lalu lintas, Tito menilai antisipasi kemacetan di Palembang lebih mudah karena semua venue berada dalam satu kawasan di Jakabaring. Alhasil, transportasi cenderung lebih lancar karena berada di wilayah yang berdekatan.
“Sudah ada LRT jadi akan buat lebih mudah dan lebih lancar daripada sebelumnya,” ujarnya.
Hal ini berbeda di Jakarta dan sekitarnya yang cenderung tersebar lokasi penyelengaraannya sehingga lebih sulit pengaturannya. “Ada yang di TMII, Ancol, Senayan, Banten, Depok, Bekasi. Ini penyebaran cukup luas sehingga yang masalah mungkin kemacetan,” kata Tito
Karena itu, Polri saat ini tengah berkoordinasi demgan Pemda DKI agar menyiapkan opsi untuk antisipasi kemacetan saat Asian Games. Salah satunya dengan meliburkan anak sekolah di sekitar area yang dilewati venue Asian Games.
“Kalau nggak diliburkan mungkin kemacetan mungkin terjadi. Ini sedang dibicarakan antara Dishub DKI, Kemenhub, Polda metro, Korlantas, Kementerian Perhubungan,” ujar Tito.[republika]