Ini Alasan Presiden Pilih Marsekal Hadi Jadi Calon Panglima TNI
TRANSINDONESIA.CO, JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto menjadi calon tunggal Panglima TNI untuk menggantikan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Hal ini terungkap setelah Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno mengirimkan surat ke DPR atas pencalonan tersebut.
Juru Bicara Presiden Johan Budi mengatakan, Hadi Tjahjanto memang telah diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Pertimbangan ini juga dilakukan karena Jenderal Gatot akan memasuki masa pensiun per April 2018.
“Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dianggap mampu dan cakap serta memenuhi syarat menjadi Panglima TNI sesuai dengan UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI,” kata Johan, Senin 4 Desember 2017.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon setelah menerima kunjungan Mensesneg Pratikno di Kompleks Parlemen Senayan. Sebagaimana biasanya, setiap surat dari presiden, Fadli mengatakan, akan dibacakan di sidang paripurna. Setelah itu akan diserahkan pada komisi terkait dalam hal ini yakni Komisi I.
Baru kemudian akan dilakukan uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon Panglima TNI. Jika disetujui, maka bisa diambil keputusan di rapat paripurna. Fadli juga berharap pembahasan terkait ini rampung sebelum reses.
“Saya kira akan cukup waktu, nanti tentu akan kami kordinasikan dengan pimpinan komisi I dan juga fraksi-fraksi yang ada dalam Bamus untuk mengagendakan,” kata Wakil Ketua DPR Bidang Politik dan Keamanan tersebut.
Berdasarkan lama < i >Wikipedia< /i >, Setelah lulus Akademi Angkatan Udara (AAU) pada 1986, Hadi mengawali kariernya di Skadron Udara 4 yang bermarkas di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Tugas Skadron Udara 4 adalah mengoperasikan pesawat angkut ringan untuk Operasi Dukungan Udara, SAR terbatas, dan kursus penerbang pesawat angkut. Adapun tugas Hadi saat itu adalah menjadi pilot pesawat angkut Cassa.
Pada tahun 1993, kariernya meningkat menjadi Kepala Seksi Latihan Skadron Udara 4 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh. Selepas itu, tahun 1996 ayah dua putra itu tidak lagi mengurusi pesawat angkut ringan. Dia berganti memimpin pesawat angkut berat sebagai Komandan Flight Ops “A” Flightlat Skadron Udara 32 Wing Udara 2 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh.
Kemudian memimpin pendidikan penerbang sebagai Komandan Flight Skadron Pendidikan 101 Pangkalan Udara Adi Soemarno tahun 1997. Kemudian, tahun 1998, Hadi menjadi Kepala Seksi Bingadiksis Dispers Lanud Adi Soemarno. Selanjutnya, pada tahun 1998, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon III Menchandra Akademi TNI. Setahun kemudian, tahun 1999, menjadi Instruktur Penerbangan Lanud Adi Sucipto.
Memasuki tahun 2000 dipercaya menjadi Kepala Seksi Keamanan dan Pertahanan Pangkalan Dinas Operasi Lanud Adi Sucipto. Tahun 2001, Hadi menjadi Komandan Satuan Udara Pertanian Komando Operasi Angkatan Udara I. Kemudian, tahun 2004, Hadi menjabat sebagai Kepala Departemen Operasi Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara. Berikutnya, dia menjabat sebagai Kepala Dinas Personel Lanud Abdulrachman Saleh tahun 2006, dan Kepala Sub Dinas Administrasi Prajurit Dinas Administrasi Persatuan Angkatan Udara tahun 2007.
Pada tahun 2010, Hadi menduduki posisi sebagai Komandan Pangkalan Udara Adisumarmo. Setahun kemudian, dia menjabat tugas di luar TNI AU menjadi Perwira Bantuan I/Rencana Operasi TNI dan Sekretaris Militer Kementerian Sekretaris Negara. Dua tahun setelah itu, Hadi berpangkat Kolonel dan dipercaya menjadi Direktur Operasi dan Latihan Badan SAR Nasional.
Dua bulan menjabat Kepala Dinas Penerangan TNI AU (2013-2015), Komandan Lanud Abdulrachman Saleh[6], pada Juli 2015, Hadi ditugasi menjadi Sekretariat Militer Presiden Republik Indonesia Presiden Joko Widodo dan pangkatnya naik menjadi Marsekal Muda. Pada bulan November 2016, Hadi dilantik menjadi Irjen Kementerian Pertahanan.[republika]