Bener Durung Temtu Pener?

TRANSINDONESIA.CO – Benar belum dapat dipastikan tepat untuk diterapkan. Di lingkungan yang sarat dengan berbagai penyimpangan dan hampir semuanya permisive, menunjukkan ada sesuatu yang aneh dan sakit.

Tatkala kita melihat ada rasa aakit namun tidak merasa sakit, tentu kita bertanya masih waraskah kita? Ya hanya orang sehat sajalah yang merasakan sakit. Orang gila walau makan di tempat sampah tidak, mandi, telanjang sekalipun tidak ada rasa apapun. Orang sehat ada selip sedikit di gigi sudah sibuk mencari tusuk gigi.

Hal ini juga dapat menjadi perumpamaan pada birokrasi yang sakit. Tatkala semua sibuk ngarit (mencari tambahan gaji, entah benar atau tidak, entah merasa atau terima suap sampai dengan membackingi hal-hal ilegal), ada orang tak mau ngarit apa pendapat lingkungannya. Pasti orang ini dikatakan dari muli sok suci, sok bersih, munafik, dan lainnya.

Hoegeng

Àpa yang dilakukannya benar tetapi dianggap tidak tepat, bahkan bisa jadi dimusuhi atau malah disingkirkan.

Di lingkungan Kepolisian pada masa lalu ada Pak Hoegeng yang sangat keras dan tegas untuk tidak melakukan korupsi bahkan gratifikasipun ditolaknya. Pak Hoegeng menjadi “Oase Polisi” baik dan benar dalam gerakkan anti korupsi.

Pada masa lalu, Pak Hoegeng pun harus dipensiun dinikan pada usia 49 tahun berhenti sebagai Kapolri.

Semangat Pak Hoegeng sangat luar biasa, siapa berani menolak perintah di zaman Orba. Bemar juga apa yang dilakukan berdampak luas dari pencekalan ke luar negeri, acara siaran hawaian seniors pun dihentikannya tayangan di TVRI.

Apa yang dilakukan oleh Pak Hoegeng tidaklah sia-sia, nama harum dikenang sepanjang masa. Bahkan Gus Dur pun memberi label anekdot Polisi yang tidak bisa disuap yaitu, polisi tidur, patung polisi, dan Pak Hoegeng.

Adakah Hoegeng-Hoegeng muda di era digital ini? Tentu banyak, namun sikap dan tindakannya tidak popular, maka orang-orang ini secara struktural maupun fungsional akan tersingkir atau malah disingkirkan.

Salah satu di antara mereka adalah Kombes Pol Drs Darmanto, yang berdinas di Sekolah Inspektur Polisi (dahulu, Secapa Polri).

Saya mengenal Darmanto sejak taruna, bahkan dua kali sekolah bersama saya saat PTIK dan Sespim. Darmanto tidak pernah marah, bila diabaikan dengan sikapnya. Ia sangat tekun dalam beribadah. Darmanto banyak mengalah untuk hal-hal yang sarat dengan perkeliruan untuk tidak ikut hanyut. Darmanto pernah bertugas pada posisi yang dianggap basah, namun Darmanto merasa tidak kerasan dan tidak nyaman.

Di Secapa Polri pun ia tetap pada prinsipnya. Bekerja dengan baik dan benar. Saat ia memiliki sedikit tabungan untuk sekolah, namun diurungkan karena anaknya membutuhkan biaya untuk kuliah.

Banyak hal unik dan menarik dari sosok Darmanto. Di kalangan para pengarit memang akan dilabel nyleneh bahkan aneh. Namun setidaknya apa yang dilajukan Darmanto menjadi sebuah inspirasi Polisi yang baik dan benar, melakukan tindakan anti korupsi setdaknya sudah 27 tahun ia  jalani. Darmanto melakukan yang baik dan benar, walau banyak resiko yang harus diterimanya.

Semoga apa yang dilakukan Darmanto terus konsisten dan sesuai dengan integritas dan komiitmennya.

Tentu dengan harapan semakin banyak tempat bagi orang-orang baik dan benar yang dapat menjadi cermin dan inspirasi menjalankan anti korupsi dengan baik dan benar. “Bener yen dianggep ora pener” bisa saja malah di hakimi, disingkirkan kalau perlu mungkin bisa saja dimatikan?.[CDL]

Share