16 Pria Bersenjata Tewas Ditembak Polisi Mesir
TRANSINDONESIA.CO, KAIRO – Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan pada Sabtu 8 Juli 2017, bahwa petugas kepolisian telah menembak mati 16 pria bersenjata dalam dua peristiwa baku tembak.
Pernyataan itu menambahkan bahwa kebanyakan dari mereka yang dibunuh merupakan buronon petempur terkait dengan serangan yang terjadi belakangan ini, terhadap pasukan keamanan di Sinai utara.
Mesir menghadapi aksi pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok ISIS di Semenanjung Sinai, tempat ratusan tentara dan polisi tewas terbunuh sejak 2013.
Sedikitnya 23 tentara tewas pada Jumat ketika bom mobil bunuh diri menghancurkan dua pos pemeriksaan militer di wilayah di Sinai Utara, dalam sebuah serangan yang diakui pertanggung-jawabannya oleh kelompok ISIS.
Peristiwa tersebut merupakan salah satu serangan paling berdarah terhadap pasukan keamanan selama beberapa tahun belakangan.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah polisi, ketika mereka mendekati sebuah kamp pelatihan petempur di Ismailia. Petugas membalas dengan tembakan, membunuh 14 petempur, sejauh ini, lima di antaranya telah dikenali.
Kamp tersebut digunakan untuk “pelaku (anggota baru) program pelatihan militer tentang penggunaan berbagai jenis senjata api dan membuat alat peledak …,” kata pernyataan tersebut dilansir Reuters.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, kementerian tersebut mengatakan bahwa pasukannya membunuh dua orang yang disebut sebagai buronan teroris, dalam baku tembak di kota Giza.
Sejumlah pelaku yang berada di dalam apartemen, segera menembaki pasukan keamanan, setelah petugas mendekat untuk menangkap mereka, katanya.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa mereka adalah anggota kelompok petempur baru, bernama Hasm, yang mengaku bertanggung jawab atas tewasnya seorang petugas keamanan di dekat rumahnya, di Qalubiya, sebuah provinsi yang berada di sebelah utara Kairo, saat dalam perjalanan untuk melaksanakan shalat Jumat.
Hasm telah mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan di sekitar Kairo yang menyasar sejumlah hakim dan personel polisi sejak tahun lalu.
Kelompok militan lainnya seperti Hasm, yang pemerintah sebut gerakan mereka terkait dengan Ikhwanul Muslimin, aktif di Kairo dan kota-kota lain, di mana mereka membidik pasukan keamanan, hakim dan tokoh pendukung pemerintah sebagai sasarannya.
Ikhwanul Muslimim menjadi organisasi terlarang pada 2013, setelah militer menggulingkan salah satu pemimpinnya, Mohamed Mursi, dari kursi kepresidenan menyusul terjadinya aksi unjuk rasa massa. Mereka mempertahankan pernyataan bahwa organisasinya merupakan gerakan yang damai.
Kelompok ISIS juga telah memperbanyak aksi serangan terhadap pasukan keamanan dan umat Kristen Koptik di wilayah Mesir daratan dalam beberapa bulan ini, menewaskan sekitar 100 pengikut Koptik sejak Desember.[ANT/ROL]