Ayo Waras … Keluar dari Tempurung Lali
TRANSINDONESIA.CO – Lali dalam bahasa Jawa dipahami sebagai gila yang lupa segalanya. Lupa sesama lupa bangsanya bahkan lupa kepada dirinya. Orang lali memang tidak ada rasa apapun, baik sakit, sedih ataupun penderitaan baik dirinya atau sesamanya.
Mengapa gila dibiarkan? Apakah takut? Apakah masa bodoh? Semua itu bisa saja dan memungkinkan terjadi. Siapa peka peduli dan mau berbela rasa? Pelopor tidak saling menunggu tidak lempar-lemparan. Siapa yang bernyali akan dengan tulus menyuarakan kewarasan.
Analogi ini bisa dilihat pada ceritera raja gila pakaian yang keliling kota dengan telanjang dan semua orang mengelu-elukan hebat bukan takut dibikatakan bodoh. Tetapi anak kecil di gendongan sang ibu yang dengan tulus jujur tanpa kepentingan atau takut dikatakan bodoh meneriakan dengan suara lirih: “bu kenapa raja kita seperti orang berkeliling kota dengan telanjang?” Baru semua tersadar atas ketololan.
Pelopor kewarasan ada di mana-mana. Yang akan melakukan sesuatu apa saja yang dapat di lihat, di dengar, di baca, bahkam dirasakan usaha mengajak keluar dari tempurung lali.
Tempurung lali ini mencandui untuk menikmati ketololan yang membuat orang-orang lupa pada segalanya termasuk bangsa sesama bahkan dirinya.[CDL]