Al Kaff kepada Kapolri, Jangan Campur Kasus Ahok dengan Buni Yani
TRANSINDONESIA.CO – Ustad Ahmad Al Kaff berharap kepolisian tidak mencampur kasus penistaan agama Basuki Tjatjaha Purnama dengan kasus Buni Yani. Ia mengatakan hal ini dalam acara Indonesia Lawyer Club di TVOne.
“Pak Kapolri jangan dicampur aduk, Buni Yani alhamdulilah sudah diproses, Saudara Basuki ini menurut ulama menistakan agama, ulama paling tinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buni Yani kami tidak kenal,” tegasnya, Selasa 8 Nopember 2016 malam.
Ahmad berharap kepolisian menggunakan MUI untuk memberi masukan dalam kasus ini. Karena hanya MUI yang mempunyai legitamasi tertinggi. Begitu pula dengan perwakilan MUI Zainut Tauhid Sa’adi yang mengatakan MUI membentuk tim khusus yang mengkaji kasus ini.
“Karena kami sudah melakukan suatu penelitian pengkajian luar biasa. Kami melakukan konfirmasi ke berbagai pihak. Tim yang kami bentuk dari berbagai komisi melaporkan dewan pemimpinan MUI,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Karena itu, kata Zainut, pendapat dan sikap keagamaan MUI lebih tinggi dari fatwa. Karena fatwa hanya dibuat oleh komisi fatwa. Sedangkan pendapat dan sikap berdasarkan rapat Dewan Pimpinan, ditandangani oleh Ketua Umum dan Sektaris Jendral.
“Kami tidak mengambil data dari Buni Yani tapi otentik kami ambil dari durasi utuh yang kami teliti, pelajari,” katanya.
Kehadiran ratusan ribu umat muslim dalam unjuk rasa 4 November lalu didasari pada satu tujuan, yakni menuntut keadilan. Terkait pernyataan Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diduga menistakan agama. Tidak hanya di Jakarta, tuntutan serupa juga digelar di banyak daerah, bahkan sampai luar negeri.
“Yang mereka minta juga bukan negara, tapi mereka minta adil. Keadilan ditegakkan,” kata KH Abdullah Gymnastiar dalam diskusi di TVOne.
Menurutnya, yang menggerakkan ratusan ribu umat muslim untuk mendatangi Istana Medeka guna menemui Presiden Joko Widodo adalah kesamaan hati dan perasaan. Yakni adanya ketidakadilan pemerintah terhadap dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok.
“Mereka memilik demo karena merasa masalah ini penting dan besar. Tapi rada telat respon yang ada, presdien juga tidak tidak keluarkan respon apapun,” kata Aa Gym, begitu dia disapa.
Pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhiid itu mengatakan, semua pihak seharusnya bersyukur atas belangsungnya unjuk rasa yang berjalan damai sepanjang hari pada 4 November. Terlepas terjadinya bentrok fisik oknum demonstran dengan aparat keamanan pada malam harinya.
Namun begitu, Aa Gym berharap di masa mendatang tidak terulang dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh pejabat negara. “Ini menjadi pelajaran supaya tidak terulang karena sangat membahayakan,” imbuhnya.[ROL/MET]