Tiada Maaf Bagimu
TRANSINDONESIA.CO – Memaafkan adalah pekerjaan yang paling sulit, apalagi berkaitan dengan sumber daya atau harga diri. Taburan kebencian akan diutamakan didahulukan melampaui akal budi dan rasa.
Kebencian-kebencian inilah yang merusak suasana, meremuk redamkan logika bahkan meluluhlantakan peradaban manusia. Asumsi,persepsi, penghakiman, menyalahkan,menuntut ini dan itu, sifat iri dengki dan banyak lagi akan semakin menyulut rasa benci.
Benci memang dimulai dari hati namun tatkala sudah menguasai pikiran akan meluap menjadi emosi, yang diimplementasikan dalam tindakan-tindakan. Dari mendiamkan, tidak merespon, membuli, menghujat, memaki, menyerang, menghancurkan, menganiaya sampai membunuh. Kebencian ini menjadikan manusia lupa diri dan tidak lagi memiliki hati, kejam bahkan bisa tega untuk melakukan apa saja terhadap sesamanya.
Memaafkan, ini suatu kekuatan yang keluar dari jiwa yang besar untuk menerima, memberi ruang dan menunjukkan suatu kebesaran hatinya. Memaafkan bukan mendendam, bukan pula membalas, melainkan sebagai upaya memanusiakan menjadikan dirinya semakin manusiawi.
Yang sadar bahwa peradaban dibangun oleh orang-orang pemaaf yang berjiwa besar. Walau terus dihancurkan oleh orang-orang yang hanyut dalam arus kebencian, untuk meluluh lantakan sesamanya.
Tiada sesal, tiada maaf bagimu, yang penting menang dan senang. Persetan orang susah karenanya.[CDL28092016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana