Antara Pejabat dengan Penjahat

TRANSINDONESIA.CO – Pejabat musuh penjahat? Semestinya demikian. Pejabat apapun posisinya dan bidangnya untuk memerangi dan memusnahkan penjahat.

Sekecil apapun kejahatan akan menjadi benalu dan kontra produkif. Kecil bila itu banyak dapat mematikan. Kejahatan merupakan dampak penyimpangan sosial.

Para pejabat ditugaskan salah satunya adalah untuk meluruskan dan mengeliminir berbagai peluang terjadinya kejahatan. Tatkala pejabat berani memberantas kejahatan, ia bisa dikorbankan oleh sesama pejabat atau anak buahnya yang telah kecaanduan atau terjerat menjadi penjahat.

Ilustrasi
Ilustrasi

Banyak film yang menceriterakan seorang pejabat yang baik dan benar dimatikan dari internal maupun eksternal. Karena pejabat yang bersih dianggap benalu dan tidak bisa diajak kompromi.

Bisa saja para penjahat patungan membayar atasanya untuk memindahkan pejabat yang dianggapnya sebagai benalu. Tatkala kejahatan dan kebenaran tidak lagi ada bedanya, baik menjadi buruk dan yang buruk dianggap baik sesungguhnya kewarasan dalam birokrasi telah menghilang.

Yang ada pembenaran dan sikap permisive bahkan mengagung-agungkan kejahatan.

Bagaimana dengan pejabat yang kecanduan menjadi penjahat? Ini suatu kematian kewarasan. Kepekaan dan kepedulian telah luntur dan nilai-nilai luhur diganti dengan ketamakan, pendominasian sumber daya dengan cara apa saja dibenarkan.

Pejabat yang menjadi penjahat, kebijakannya akan tidak rasional, rasa malu tiada lagi. Kesadaran menjadi kegilaan, mempertontonkan ketololan yang dibanggakan.

Kehormatan diganti dengan berbagai penghiatan demi kenikmataan segelintir saja. Keutamaan entah kemana tanpa malu dan tanpa ragu bekerja ala penjahat. Tidak peka dan peduli akan hujatan, persetan yang penting hepi….[CDL-27072016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share